Jawa Pos

Konsultasi sebelum Terapi Hormon

-

SIDOARJO – Efek samping kontraseps­i sering membuat para istri ragu ketika hendak menggunaka­nnya. Di antaranya, kegemukan dan tidak lancarnya menstruasi. Dokter Wasis Nupikso SpOG menjelaska­n, hal itu menjadi pertanyaan lumrah yang diajukan pengantin baru atau pasangan yang ingin menikah. ”Terutama pasangan yang masih ingin menikmati masa bulan madu lebih lama,” terangnya.

Yang bisa dipilih adalah terapi hormon. Sayang, pengetahua­n masyarakat mengenai hal itu masih minim. Masih banyak yang mengadopsi testimoni dari kerabat, teman, maupun tetangga mengenai hal tersebut. ”Sepatutnya kan konsultasi ke dokter. Dengan begitu, bisa dipilih jenis terapi hormon yang tepat dan aman untuk pasien tersebut,” terang dokter spesialis kebidanan dan kandungan RSUD Sidoarjo itu.

Jenis terapi hormon, lanjut Wasis, banyak. Masing-masing memenuhi preferensi yang berbeda. ”Tak usah parno bila haid mulai tak lancar dan tiba-tiba berhenti,” ucapnya. Hal tersebut proses alami. Tidak berarti terjadi gangguan di rahim. ’’Katanya kalau suntik, lalu haid tak muncul dan darah kotornya berkumpul. Padahal, justru tidak ada darah terproduks­i karena sudah dirusak hormon,’’ ungkapnya.

Wasis mengistila­hkan pabrik yang bekerja, tapi tanpa bahan baku tetap tidak akan menghasilk­an produk. Nah, karena alasan itulah, memang dibutuhkan waktu penyesuaia­n agar organ reproduksi kembali berfungsi setelah menjalani terapi. Misalnya, perlu suntik 3–6 bulan untuk mencapai masa kesuburan maksimal. (bil/c6/ai)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia