Belajar Fengsui & Astrologi
SURABAYA – Sudah dua tahun ini kakak beradik Oei Sien Hwa, 71, dan Oei Sien Tjhioe, 60, melewati sore bersama. Aktivitas yang dijalani adalah menambah pengetahuan seputar ilmu kebudayaan Tiongkok di tempat les.
Keduanya berangkat ke tempat les Yin Yang dengan menggunakan angkutan umum. Lokasi tempat les tak jauh dari rumah mereka. Yakni, Ruko Semut Indah, Jalan Stasiun Kota. Yin Yang berjalan di bawah kelola Yayasan Sentosa.
Tempat belajar itu berada satu gedung dengan Kantor Club. Jika Kantor Club berada di lantai 4, tempat belajar tersebut berada di lantai 2. Di lahan parkir, terdapat satu pintu besi berwarna kuning yang selalu tertutup rapat.
Tak ada papan nama maupun penampakan adanya aktivitas belajarmengajar. Namun, ketika membuka pintu, Anda akan langsung berada di ruang kelas. Hanya ada satu ruang kelas berukuran 4,5 x 12 meter di sana. Sebagian ruangan diberi sekat untuk kantor para guru.
” Lao shi, Hao (guru, apa kabar? Red),” salam para murid menyapa Ali M. Santoso alias Wen He Xiang. Ali merupakan guru sekaligus kepala tempat les Yin Yang. Dia sudah mengajar selama delapan tahun. Sejak kecil, pria 62 tahun itu belajar ilmu Tionghoa secara turuntemurun. Kemudian, dia mendalami ilmu dan belajar ke Tiongkok selama seminggu. Di sana, dia dididik untuk menjadi guru. Ali masih teringat betul wejangan dari sang guru, Shi Chin Ding. ”Ilmu harus diturunkan. Jangan dikekep. Nanti nggak berkembang,” katanya.
Saat Jawa Pos berkunjung pada Rabu (30/8), kelas dimulai pada pukul 18.30. Ada 30 bangku yang tersedia. Namun, sore itu hanya 12 bangku yang terisi. Sebab, sebagian besar murid merupakan pekerja. Total terdapat 50 murid. Topik hari itu membahas tentang fengsui, ilmu topografi kuno dari Tiongkok. Ilmu tersebut berguna untuk berbagai hal. Salah satu yang dipaparkan Ali adalah untuk rumah. Dalam budaya Tionghoa, salah satu fengsui untuk rumah dihitung dengan menggunakan tanggal lahir penghuni. Dari tahun kelahiran, akan dihitung angka untuk bisa menentukan sebaiknya rumah dibangun menghadap ke mana. Arah ditentukan dengan menggunakan
atau kompas dengan jarum yang selalu mengarah ke selatan.
Selain belajar fengsui, murid bisa belajar tentang astrologi Tiongkok, Bazi (dibaca: Pha Che) dan Qi Gong. Semua kurikulum pembelajaran dibuat tim guru yang terdiri atas lima orang. Setiap bahan dipelajari dengan menggunakan modul berlevel. Jadi, untuk mengikuti les, para murid harus membeli modul sesuai dengan pelajaran yang ingin diikuti.
Salah seorang murid, Aloysius Budi, duduk di barisan terdepan. Pria berdarah Jawa-Flores itu tertarik pada budaya Tiongkok. ”Mempelajari ilmu alam memang menarik. Di sini, saya bisa mempelajari lima elemen yang dihubungkan dengan kehidupan nyata. Ya, memang logis,” terangnya.
Budi juga aktif dalam Paduan Suara Cheng Ho. Menurut dia, belajar ilmu tersebut adalah investasi berharga. ”Bisa digunakan sendiri atau buat bisnis. Misalnya, kalau sudah bisa, kami dapat membuka jasa,” tambahnya. (esa/c16/jan)