Jawa Pos

MIND YOUR HEADPIECE

-

KETIKA hendak datang ke acara pacuan kuda, outfit macam apa yang terpikir di benak Anda? Kemeja

atau polo shirt kasual? Atau, outfit santai dengan jeans plus sneakers? Lupakan opsi-opsi tersebut kalau nggak ingin tampak saltum alias salah kostum ketika menghadiri Royal Ascot.

Menyaksika­n kuda-kuda berlari kencang bukan satusatuny­a hiburan yang bisa didapatkan di event balap kuda yang eksis sejak 11 Agustus 1711 itu. Royal Ascot bak fashion runway yang glamor dan berkelas.

Selama lima hari race, para bangsawan yang datang berlomba-lomba mendandani diri dengan outfit paling

chic. Maklum, acara yang diadakan di Ascot Racecourse, lintasan balap legendaris di Ascot, Berkshire, Inggris, tersebut punya dress code tersendiri. Yang paling dinanti adalah hari ketiga, ladies day, di mana sekelompok perempuan elite Inggris mendominas­i di arena balap.

Pada abad ke-21 ini, Royal Ascot menjadi ajang aktualisas­i serta show off kreativita­s dan fashion taste sekaligus momentum untuk menegaskan strata sosial. Sebab, balap kuda dulu merupakan olahraga keluarga kerajaan dan kalangan bangsawan.

Nggak heran, sampai ada ungkapan bahwa perempuan elite di Inggris menyimpan baju dan topi terbaik mereka untuk dikenakan saat Royal Ascot. Gaun cocktail dan topi couture seperti menjadi outfit wajib para pengunjung perempuan masa kini. Sementara itu, laki-laki harus mengenakan tuksedo dan top hat bak bangsawan.

Tradisi yang sudah eksis 300 tahun tersebut terus berlanjut hingga kini. Bahkan, pada 2014 jumlah penonton Royal Ascot mencapai sekitar 300 ribu. Khusus hari ketiga, penonton tercatat sekitar 70 ribu.

Kini, pemerintah menjadikan Royal Ascot wisata yang terbuka untuk umum. Untuk menonton, cukup menebus tiket seharga GBP 46 atau sekitar Rp 791 ribu (hari biasa) dan GBP 191 atau setara Rp 3,2 juta (hari ketiga). Jangan harap bisa duduk sembaranga­n ya. Beberapa tribun hanya bisa ditempati keturunan bangsawan Inggris. Semakin depan tempatnya, semakin tinggi pula stratanya. Aksesori Topi Jadi Ciri Khas

Wild hats dan fabulous dress menjadi pemandanga­n yang umum di Royal Ascot era modern. Bahkan, ada peraturan nggak tertulis bagi para pengunjung: jangan gunakan topi atau pakaian yang sama setiap hari. Ratu Elizabeth II pernah dikritik media karena menggunaka­n warna topi yang sama selama dua hari seperti dilansir dari Metro.

Ketenaran Royal Ascot menjadikan­nya eksis nggak hanya sebagai salah satu tradisi yang terjaga, namun juga diangkat sebagai tema pesta di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia. Temanya nggak jauh-jauh dari cock

tail dress, tuksedo, dan topi yang berdesain nyentrik. Desainer Surabaya, Dicky Gozaly, menuturkan bahwa

outfit untuk Royal Ascot cenderung hadir dengan dress yang simpel. ”Nggak perlu long dress yang blink-blink dengan banyak hiasan. Cukup short dress selutut atau gaun cocktail,” ungkapnya.

Yang perlu diperhatik­an adalah headpiece. Semakin ke sini, tema topi semakin bervariasi, mulai topi lapangan bola, kumpulan payung, sarapan ala Inggris, kue, perangko, hingga obor.

”Topi harus dipikirkan dengan matang. Ini jadi kunci penampilan, bisa stunning atau nggak. Untuk menyita perhatian, kenakan topi yang berhias bunga-bunga dan warna mentereng. ”Kalau di Inggris, topi berhias bunga masih jadi tren,” ujar Dicky.

Cowok pun bisa tampil stunning lewat jas, dasi, dan tuksedo plus Sebenarnya, dianjurkan memakai top hat. ”Karena cowok-cowok Indonesia nggak banyak yang mau dandan ribet, boater atau bowler hat sudah membuat penampilan berbeda kok,” tutur Dicky. (ree/kkn)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia