Jawa Pos

25 Kali Lapor, Pelaku Masih Melenggang

-

LEMPARAN batu ke bus PO (Perusahaan Otobus) EKA jurusan Surabaya–Magelang yang merenggut nyawa sang sopir, Misdi, membuat sejumlah operator bus geram. Pasalnya, peristiwa semacam itu terlalu sering terjadi. Pelaporan kepada pihak berwajib juga telah dilakukan. Namun, sayang, hingga Misdi meninggal, pelaku pelemparan masih sulit diungkap.

’’Kalau saya hitung, tahun ini saja sudah 25 kali pelemparan,’’ ucap Joni, 33, pengawas bus PO EKA kemarin (1/9).

Dia menjelaska­n, 25 lemparan batu tersebut tidak semuanya terjadi pada bus PO EKA, tetapi hampir merata dialami setiap bus di situ (terminal). Ada tiga kasus terparah yang pernah diingatnya. Pertama, pelemparan yang membuat buta salah seorang sopir. Kedua, yang membuat pencong (perot) secara permanen salah seorang sopir. Terakhir, yang mengakibat­kan kematian Misdi Kamis (31/8) sekitar pukul 04.00 WIB di Masaran.

Nah, yang paling fatal ya yang dialami Misdi. ’’Kalau saya lihat dari bentuk lubangnya, ukuran batu cukup besar.

Lha pas ditanya, katanya (alm Misdi, Red) batu tersebut kena kaki. Tapi, saya ragu. Soalnya, kalau kena kaki, nggak mungkin sampai seperti itu. Mungkin batu tersebut terkena dada setelah mental dari dasbor,’’ jelasnya.

Joni melanjutka­n, sebelum kejadian nahas dialami almarhum Misdi, pihaknya mengaku cukup sering melaporkan kejadian serupa kepada pihak berwajib setempat. Pasalnya, pelemparan batu berbagai ukuran itu cukup banyak disasarkan pada bus yang melintas.

’’Cukup sering. Pernah kami laporkan saat kejadian di Sragen, Kebakkrama­t, Ngawi, dan lainnya. Tapi, ya tetap saja pelakunya nggak pernah tertangkap,’’ ungkapnya.

Karena itu, dalam 15 hari terakhir, pihaknya berkoordin­asi dengan segenap pekerja. Yakni, melakukan patroli ( backup) dengan cara mengawal bus dari belakang saat hendak keluar masuk Kota Bengawan. Teknisnya, dua petugas mengikuti laju bus pada jarak 50 meter dengan menggunaka­n sepeda motor.

’’ Tujuannya, saat ada pelemparan, kami bisa langsung menangkap pelaku. Soalnya, bus yang dilempari tidak bisa berhenti mendadak, apalagi mau putar balik,’’ jelas Joni.

Hanya sekali pelempar batu pernah dia tangkap bersama kawan-kawannya. Kala itu pelemparan terjadi di sekitar Kebakkrama­t, Karanganya­r. Pelaku langsung diamankan setelah dia bersama salah seorang teman yang dibonceng bisa menggeland­ang pelempar batu tersebut ke Terminal Tipe A Tirtonadi.

’’Pelakunya waktu itu masih kecil-kecil, satu SMP dan satunya SMA. Langsung kami serahkan ke pos polisi di sini (terminal),’’ papar Joni. (ves/c22/ami)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia