Jawa Pos

Jalan Kaki 4 Km, Mendaki 16 Meter

Melempar Jumrah di Mina Semakin Tertib

-

MINA – Daripada tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaa­n haji tahun ini terlihat lebih baik. Hingga menjelang pemulangan jamaah gelombang pertama besok, nyaris tidak ada insiden berarti. Itu tak lepas dari upaya pemerintah Arab Saudi yang terus memperbaik­i fasilitas ibadah.

Perbaikan yang paling terasa dampaknya ada di kawasan jamarat, tempat melempar jumrah. Sebab, selama ini, tragedi memilukan yang kerap memakan korban jiwa sering terjadi di kawasan tersebut

Banyak jamaah yang meninggal karena berdesakan dan terinjakin­jak jamaah lain.

Upaya pemerintah Saudi selaku penanggung jawab tunggal penyelengg­araan ibadah haji antara lain adalah memperluas lokasi pelontaran, membuatnya bertingkat hingga lima tingkat, serta mengatur arus jamaah yang akan berangkat dengan yang balik dari melontar. Juga mengatur tempat melontar di tingkat berapa untuk setiap maktabnya.

Mereka yang menempati maktab (tenda tempat menginap) di nomor kecil, antara nomor 1 hingga 15, melontar di lantai dasar atau lantai 1. Para jamaah yang menempati maktab 80 hingga 100 melontar di lantai 3. Itu berarti mereka berjalan mendaki setinggi 16 meter. Sebab, jarak tiap lantai setinggi 8 meter.

Yang istimewa adalah jamaah tidak merasakan sedang berjalan mendaki setinggi 16 meter karena jalan mendaki dibikin dengan elevasi sangat landai. Selain itu, di terowongan yang dibuat menembus gunung batu tersebut, disiapkan travelator semacam konveyor sebanyak 15 buah. Masing-masing sepanjang 75 meter. Demikian pula halnya ketika turun, dibuat sama landainya. Hanya mereka yang menggunaka­n kursi roda yang bisa merasakan jalan itu menurun.

Selain jalan mendaki tersebut, setiap jamaah haji harus berjalan kaki sejauh 4 kilometer. Dua kilometer ketika berangkat dari mulut terowongan hingga tempat pelontaran dan 2 kilometer lagi ketika kembali ke maktab. Jauhnya jarak menuju pelontaran itu bisa dilihat pada displai di papan elektronik yang dipasang di mulut terowongan.

Melontar jumrah dilakukan setidaknya tiga hari berturut-turut bagi mereka yang mengambil nafar awal. Disertai mabit (melewati malam) tiga malam di Mina. Sekarang semua jamaah haji harus bermalam di tenda-tenda di Mina karena orang tidak bebas keluar masuk lokasi mabit. Hanya petugas haji pemerintah Saudi yang boleh keluar masuk Mina.

Yang wajib dilakukan setiap jamaah haji adalah melontar pada hari pertama, yakni di aqabah. Di hari berikutnya boleh diwakilkan. Tapi, jamaah yang merasa fisiknya kuat memilih melakukann­ya sendiri. Agar merasa afdal atau sempurna hajinya. Bahkan, mereka yang merasa tidak mampu berjalan sejauh 4 kilometer itu bisa menggunaka­n jasa kursi roda dengan membayar 300 riyal atau setara 1 juta rupiah, pergi pulang. Penyedia jasa kursi roda dan pendorongn­ya cukup banyak.

Melontar jumrah tersebut mengikuti tindakan Nabi Ibrahim yang melempari setan dengan batu. Setan itu menggoda sang nabi agar tidak mau melaksanak­an perintah Tuhan. Nah, lokasi-lokasi tempat Ibrahim melempari setan tersebut diberi nama ula, wusta, dan aqabah, yang jaraknya berdekatan. Pada jarak sekitar 75 meter itulah para jamaah melempari pilar-pilar ula, wusta, dan aqabah. Batu yang digunakan melempar jumrah berupa kerikil yang diambil ketika mabit di Muzdalifah, yang jaraknya 5 kilometer dari Mina, setelah wukuf di Arafah.

Sejak musim haji dua tahun lalu, ada lima tingkat yang digunakan untuk melontar jumrah. Pelontaran di tingkat lima dikhususka­n untuk jamaah haji yang naik kereta api.

Dengan demikian, tragedi jamaah haji berdesakan, hingga mengakibat­kan ada yang terinjakin­jak sampai meninggal dunia, bisa dihindarka­n. Tragedi terakhir terjadi tiga tahun lalu. Ada ratusan jamaah haji yang meninggal dunia. Termasuk jamaah dari Indonesia.

Pemerintah Saudi merasa perlu menata lagi prosesi melontar jumrah agar tidak ada lagi tragedi korban jiwa berjamaah. Jamarat berubah dari sebelumnya berupa tiga pilar kecil (ula, wusta, dan aqabah) masing-masing setinggi 18 meter, kini menjadi berbentuk dinding eliptis (bulat memanjang). Tiga dinding oval itu masing-masing setinggi 40 meter, menembus dari lantai 1 hingga lantai 5 yang ditutupi kanopi kain raksasa.

Bangunan jamarat dibuat berbentuk lima lapis jembatan, sepanjang 950 meter dan lebar tiap-tiap lantai 80 meter. Untuk memudahkan pergerakan jamaah, jembatan memiliki 11 pintu masuk dan 12 pintu keluar yang menjamin kelancaran arus sedikitnya 300.000 jamaah per jam.

Fasilitas jembatan mencakup dua helipad untuk berjaga-jaga saat kondisi darurat. Juga sistem pendingin udara yang disertai penyiram air, yang mampu menurunkan suhu udara pada musim panas hingga hanya 29 derajat Celsius. Serta CCTV di berbagai sudut untuk memantau situasi darurat.

Proyek jamarat baru yang dimulai pada musim haji 2006 dan selesai sepenuhnya 2015 itu dirancang dengan kebutuhan masa depan. Sehingga masih mungkin diperluas lagi hingga 12 lantai dan kelak akan mampu menampung lebih dari 5 juta jamaah. Desain baru jamarat itu dibuat perusahaan konsultan Dar Al Handasah dan dibangun Saudi Binladin Group.

Menag Ingatkan Tak Berlebihan Bawa Barang Ada sebelas kloter yang akan dipulangka­n perdana besok (6/9). Menjelang kepulangan jamaah haji, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin berpesan agar barang bawaan tidak melampaui batas.

Ketentuan barang bawaan saat pulang haji, tas kabin maksimal berbobot 7 kg. Adapun berat maksimal koper 32 kg. Selebihnya, jamaah diharapkan menggunaka­n jasa kargo. Otoritas penerbanga­n haji Saudi mulai melakukan penimbanga­n kemarin (4/9). Selain itu, air zamzam sebanyak 5 liter diberikan saat jamaah tiba di asrama haji.

Lukman saat memantau persiapan pemulangan jamaah haji di Makkah kembali mengingatk­an perihal barang bawaan jamaah. ”Pengalaman tahun sebelumnya selalu berulang. Ada koper bagasi yang kelebihan beban,” katanya di Makkah kemarin.

Lukman menyatakan, tidak ada larangan bagi jamaah untuk membeli oleh-oleh buat saudara di tanah air. Namun, dia mengimbau jamaah untuk menghitung berat maksimal koper atau tas kabin. Jika melampaui bobot maksimal, koper jamaah tidak diangkut ke lambung pesawat. Sebab, membongkar lalu menutup lagi koper yang kelebihan beban sangat memakan waktu.

Jamaah diharapkan sangat selektif dalam membeli oleholeh. ”Barang yang sesungguhn­ya ada di tanah air sebaiknya jangan dibeli,” tutur dia. (wan/c9/c11/agm/nw)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia