Jawa Pos

Imigran Rohingya Berharap Jadi WNI

Keluarga Dihabisi, Trauma untuk Kembali ke Myanmar

-

MEDAN – Lima tahun sudah Muhammad Jabar menjadi pengungsi di Indonesia. Dia lari dari Myanmar karena tidak tahan melihat kekejaman pemerintah dan militer. Trauma mendalam itu masih dirasakan Jabar yang saat ini menghuni Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Belawan, Medan, Sumatera Utara.

”Di depan mata saya, adik dan paman saya ditembak. Ayah saya diculik dan rumah-rumah dibakar. Semua keluarga saya habis. Makanya, saya memilih kabur ke negara luar,” kata Jabar kepada Pos ( Jawa Pos Group) kemarin (4/9). Jabar sudah fasih berbahasa Indonesia.

Dia bisa tiba di Indonesia dengan cara menggunaka­n sampan untuk mengarungi laut hingga menyasar ke daratan Indonesia. Kepergiann­ya ke Indonesia meninggalk­an seorang anak dan istri.

Belakangan, dia mendapatka­n kabar bahwa istrinya meninggal setahun lalu setelah ditembak militer Myanmar. ”Sedangkan mamak, adik dan anak saya tidak tahu sekarang bagaimana. Karena rumah kami sudah habis dibakar,” ungkap pria 38 itu dengan nada sedih.

Pembantaia­n dan kekejaman yang terusmener­us terjadi menjadi trauma bagi Jabar. Makanya, dia memilih hidup di dalam penjara daripada hidup di Myanmar dengan kondisi tersiksa. ”Kami tak mau pulang ke Myanmar. Kami lebih baik hidup seperti ini,” ungkapnya.

Harapan Jabar yang mewakili 27 imigran Rohingya Myanmar, mereka lebih baik menjadi warga negara lain yang bisa diakui pemerintah. ”Kami sangat berharap pemerintah Indonesia bisa memberikan kami kehidupan dan mengakui sebagai warga negara. Agar kami bisa bekerja dan berkeluarg­a,” harap pria yang hidup sebatang kara tersebut.

Disinggung tentang peristiwa yang belakangan ini terjadi, Jabar merasa sangat sedih dengan penderitaa­n saudara-saudara mereka. Bahkan, dia yakin pemerintah Myanmar akan terus membantai etnis Rohingya di sana.

Hal senada disampaika­n Mussrof Husein, 21. ”Saya kabur dari Myanmar karena rumah dan semua keluarga saya dibunuh. Sebelumnya, saya berada di Malaysia tiga tahun. Belakangan ini saya coba mencari kerja dan kabur ke Indonesia,” ujarnya.

Mussrof menyatakan, seluruh warga Rohingya yang berada di Myanmar mengalami pembantaia­n sadis. Mereka sangat mengharapk­an perhatian dunia untuk keselamata­n warga dan keluarga yang masih berada di Myanmar.

”Ini sudah lama terjadi. Saudara-saudara kami bakal terus disiksa dan dibunuh. Militer Myanmar sangat kejam. Kami tahu apa yang mereka rasakan di sana. Mereka pasti terancam dan tersiksa,” ungkapnya.

Terpisah, Kepala Rudemin Belawan Abdul Karim menjelaska­n, adanya isu yang sedang hangat mengenai pembantai warga Rohingya tidak memengaruh­i psikologis penghuni Rohingya di Rudemin Belawan.

”Mereka tahu ada peristiwa yang terjadi di negaranya. Tapi, kami terus memberikan terapi dan pemahaman secara psikologis melalui lembaga IOM yang datang berjumpa dengan para imigran,” kata Abdul Karim.

Di Rudenim Belawan, lanjut dia, ada 27 imigran Rohingya. Mereka dapat berbaur dengan para imigran lain dan tidak pernah melakukan tindakan di luar akal sehat. ”Untuk saat ini, tidak ada masalah, khusunya bagi warga Rohingya Myanmar. Kami terus melakukan pengawasan dan memberikan pencerahan dengan pelatihan sosial, seni, penidikan, dan olah raga,” jelas Abdul Karim.

Ditanya jumlah seluruh penghuni di Rudenim Belawan dan apakah ada perselisih­an atau kendala yang terjadi, Abdul Karim menyatakan bahwa ada 309 penghuni imigran dari berbagai negara seperti Srilangka, Myanmar, Somalia, Pakistan, dan Palestina.

”Seluruh imigran di Rudenim dapat berbaur dan bersosiali­sasi dengan baik. Jadi, selama ini tidak ada perselisih­an atau tekanan mental yang dihadapi,” jelas Abdul Karim di ruang kerjanya. (fac/bam/adz/c21/ami)

Kami tak mau pulang ke Myanmar. Kami lebih baik hidup di penjara seperti ini.’’ Jabar, imigran Rohingya

 ?? FACHRIL/SUMUT POS/JPG ?? Sumut INGIN HIDUP: Pengungsi Rohingya di Rumah Detensi Imigrasi Belawan, Medan, Sumut, kemarin.
FACHRIL/SUMUT POS/JPG Sumut INGIN HIDUP: Pengungsi Rohingya di Rumah Detensi Imigrasi Belawan, Medan, Sumut, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia