Protes Truk Lewat, Warga Blokade Jalan
MAGETAN – Riak protes aktivitas kendaraan pengangkut galian C kembali mencuat. Siang kemarin (4/9) sejumlah warga Desa Tanjungsepreh, Maospati, Magetan, memblokade akses puluhan yang menuju ke arah Madiun.
Aksi blokade itu merupakan puncak kekesalan warga. Sebab, tingginya frekuensi aktivitas kendaraan pengangkut tanah uruk yang melintas di desanya memicu kerusakan jalan. ’’Juga menimbulkan debu,’’ ujar Joko Santoso, salah seorang warga.
Dia menegaskan bahwa warga Tanjungsepreh hanya menjadi korban. Alasannya, tambang berada di wilayah Kecamatan Karas, sedangkan desanya hanya dijadikan jalur pendistribusian. ’’Walaupun terdampak, tidak ada ganti rugi. Warga di sekitar penambangan saja yang dapat,’’ terangnya.
Diharapkan, melalui aksi blokade tersebut, warga bisa bertemu langsung dengan pihak penambang agar persoalan segera terurai. ’’Kami tidak ingin cari-cari masalah. Itu terpaksa dilakukan karena selama ini kami selalu kesulitan setiap ingin bertemu pihak penambang,’’ ungkapnya.
Joko menyatakan, selama ini warga cukup bersabar dengan aktivitas lalu-lalang dump truck di desanya. Mereka memberikan kemurahan hati kepada sopir, khusus yang bermuatan dari barat, untuk tetap melintas.
Selanjutnya, truk yang kosong dari timur tidak diperkenankan lewat. Tujuannya, tidak terjadi penumpukan kendaraan jika melintas di waktu yang bersamaan. ’’Kalau jalan dipenuhi truk, kendaraan warga malah tidak bisa melintas,’’ ujarnya.
Namun, lanjut dia, belakangan gelombang lalu-lalang dump truck bermuatan maupun kosong kembali muncul. Yang membuat warga semakin kesal, truk kosong kerap melaju ugal-ugalan. ’’Ya kami paham bahwa status jalan milik pemkab, tapi kan berada di wilayah pedesaan. Apalagi ditambah tonase yang berlebihan,’’ keluhnya.
Menurut Joko, aktivitas dump truck yang melintas di desanya seharusnya tidak ada lagi. Sebab, proyek pembangunan jalan tol di wilayah Kecamatan Kartoharjo yang dikerjakan PT Waskita Karya telah rampung.
’’Jalan desa kami dilewati dump truck bertahun-tahun sejak ada proyek tol. Sekarang proyek tol sudah selesai, tapi kenapa masih diperbolehkan lewat?’’ tuturnya.
Kondisi itu memaksa tiga Kapolsek –Kapolsek Maospati Kompol Basuki Dwi Koranto, Kapolsek Karas AKP Suprapto, dan Kapolsek Sukomoro AKP Jumiran– terjun melakukan penanganan. Sejumlah pegawai UPTD dinas pekerjaan umum dan penataan ruang (DPUPR) serta dinas perhubungan (dishub) juga terlihat di lokasi. (cor/isd/c22/diq)