Terganjal Pengakuan Askot
Tidak seperti pemain, Kompetisi Internal Persebaya tidak lagi melakukan ’’pembinaan’’ bagi wasit-wasit baru. Alhasil, pengadil lapangan yang ada saat ini tidak memiliki jenjang yang jelas.
DUALISME Persebaya memang sudah selesai. PSSI memutuskan Persebaya kembali ke kancah persepakbolaan Indonesia melalui Liga 2 (kompetisi kasta kedua). Namun, imbasnya ternyata masih terasa bagi korps wasit di Kompetisi Internal Persebaya.
Ya, sampai saat ini Kompetisi Internal Persebaya belum mendapat pengakuan resmi dari Asosiasi Kota ( Askot) PSSI Surabaya. Itu berarti wasit di kompetisi internal otomatis juga belum mendapat pengakuan resmi. ’’( Wasit di kompetisi internal) memang stok lama, sejak 2010,’’ ujar Hartono, ketua Komisi Wasit Persebaya.
Konsekuensinya, karir mereka terhambat ketika ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan kata lain, wasit yang memiliki lisensi C-3 (memimpin pertandingan skala kota/ kabupaten) sulit men dapat kan lisensi C- 2 ( skala provinsi), apalagi C- 1 (nasional).
Faruq Asfandiar, salah satu wasit muda di Kompetisi Internal Persebaya, membenarkannya. Untuk menyiasatinya, sebenarnya ada opsi. Yakni, mencari lisensi di luar Surabaya. Tapi, tidak demikian halnya dengan Faruq. Dia memilih menikmati setiap kesempatan yang datang di kompetisi internal. ’’Saya tidak ambisius ( melanjutkan ke jenjang provinsi dan nasional. Kalau rezeki, akan ada jalannya sendiri,’’ katanya.
Cerita lain datang dari Nur Cholis, wasit berlisensi C-2 di kompetisi internal. Gara-gara tidak adanya pengakuan dari askot, dia tidak bisa memimpin laga di level provinsi. Kali terakhir dia bertugas pada Piala Suratin 2013.
Jawa Pos juga mendapat informasi dari wasit yang tidak mau disebutkan namanya. Menurut dia, ada wasit seangkatannya yang sertifikasi C-3 miliknya tidak diakui. ’’Bahkan, karena dia dulu nyebrang ke kompetisi ISL dan ikut C-2, lisensinya tidak diakui dan harus ikut C-3 lagi,’’ ujarnya.
Dengan hanya mengandalkan stok lama, jumlah wasit yang bertugas di kompetisi internal boleh dibilang tidak ideal. Hanya ada 8 orang dan 16 asisten wasit. Itu pun tidak semua selalu siap karena ada yang merangkap kerja lainnya atau hanya bisa bertugas saat akhir pekan.
Padahal, kompetisi internal berjalan rutin hampir setiap hari. ’’Dibilang cukup ya kurang, dibilang kurang ya cukup,’’ ungkap Achmad, wakil ketua Komisi Wasit Persebaya. ’’Idealnya butuh 40 wasit karena ada kompetisi KU-15 dan KU-16 juga,’’ imbuh pria asal Bangkalan itu.
Meski pas-pasan secara kuantitas, Achmad menyatakan bahwa kualitas wasit di kompetisi internal terjaga. Khususnya karena mereka punya pengalaman yang memadai. ( rpd/c19/dns)