Jawa Pos

Agar Mental Mahasiswa Makin Tangguh

Sebanyak 400 mahasiswa peserta program campus social responsibi­lity (CSR) Surabaya mengikuti acara evaluasi dan motivasi kemarin. Dinas sosial menghadirk­an dua pembicara. Yakni, Dahlan Iskan, mantan menteri BUMN, dan Kepala Program Studi Magister Akuntans

- GALIH ADI PRASETYO

DALAM acara di gedung perpustaka­an lantai 5 Ubaya itu, Bonnie tampil sebagai pembicara pertama. Dia memaparkan makna kebahagiaa­n. Dia ingin mengubah pola pikir mahasiswa tentang bahagia. ’’Bahagia itu apa sih?’’ tanyanya kepada para mahasiswa.

Menurut Bonnie, bahagia tidak diukur dari saldo di ATM. Bahagia yang sebenarnya berbicara tentang hati yang masih ciut saat memiliki mimpi besar. ’’Contohnya, hidup paling nelangsa adalah hidup yang tidak berguna bagi orang lain,” ujarnya.

Dia melanjutka­n, bahagia merupakan pelepasan beban dan membuat orang lain merasa bahagia. Saat itu, seseorang akan merasa puas dengan apa yang telah dilakukan. Namun, jangan sekali-kali berpikir soal balik modal. Termasuk tidak ikhlas dan mengharap sesuatu atas apa yang dilakukan.

Sementara itu, Dahlan menyampaik­an tema tentang potential conflict. Kehadiran Dahlan disambut antusias oleh mahasiswa. Beberapa mahasiswa mengajukan pertanyaan. ’’Pak, bagaimana caranya agar tidak mudah salah atau khilaf?” tanya Ian Firgiawan. ’’Apa yang Anda anggap susah?’’ sahut Dahlan. ’’Kalau salah sekali, terus sadar, kan tidak apa-apa. Kalau salah berkali-kali, berarti hobi,” lanjutnya, disambut tawa peserta.

Menurut Dahlan, cerdas saja tidak cukup. Seseorang yang cerdas juga harus mampu menghindar­i potential conflict. Kemampuan tersebut penting bagi seseorang yang berhubunga­n dengan kepemimpin­an atau mendapat tanggung jawab yang besar. ’’Orang pintar belum tentu mampu mengatasi potential conflict,” ujarnya. Dia menambahka­n, pengalaman hidup justru mampu melatih seseorang untuk mengatasi potential conflict.

Rexy Mierkhahan­i, mahasiswa lainnya, juga bertanya kepada Dahlan. ’’Bagaimana cara menghadapi orang yang po-

tential conflict?” katanya. Dahlan tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia mengajak penanya berpikir bersama. ’’Pernah mengalami potential conflict?” tanyanya. Rexy mengangguk. ’’ Beneran? Kok bisa gemuk?” seloroh Dahlan. Seisi ruangan pun tertawa.

Dahlan lalu meminta Rexy menceritak­an pengalaman­nya ketika menghadapi potential

conflict. Rexy menyampaik­an kisahnya saat SMA. Waktu itu, Rexy dan kelompokny­a mengikuti kompetisi antarsekol­ah. Namun, salah seorang anggota kelompok tidak mengerjaka­n tugas. Rexy lantas menasihati temannya tersebut. Ternyata, teman Rexy mengundurk­an diri. Kisah itu langsung ditanggapi Dahlan. ’’Nah, itu sudah tahu. Intinya selesai kan,” ucapnya.

Di sisi lain, Direktur Program CSR Dinas Sosial Atijun Najah Indhira mengungkap­kan, evaluasi dan motivasi menjadi sarana bagi peserta CSR untuk mengetahui kendala masing-masing di lapangan. Termasuk berbagi pengalaman dengan sesama mahasiswa program CSR saat menghadapi masalah sosial.

Menurut Ayun, sapaannya, motivasi tersebut diharapkan bisa memperkuat mental mahasiswa untuk terus menuntaska­n masalah sosial. ’’Acara ini bisa memotivasi mereka agar melanjutka­n program CSR,” tuturnya. (c18/oni)

 ?? GALIHCOKRO/JAWA POS ?? ANTUSIAS: Dahlan Iskan saat menjadi pembicara pada acara CSR dinsos di Ubaya.
GALIHCOKRO/JAWA POS ANTUSIAS: Dahlan Iskan saat menjadi pembicara pada acara CSR dinsos di Ubaya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia