Jawa Pos

Sekolah Minim Guru BK

Maksimalka­n Peran Konselor Sebaya

-

SURABAYA – Jumlah guru bimbingan dan konseling (BK) di sekolah-sekolah Surabaya terbilang minim. Hal itu terjadi di jenjang SMP maupun SMA. Di jenjang SMP, misalnya. Idealnya, seorang guru BK memfasilit­asi 150 siswa. Kenyataann­ya, hanya ada 1–4 guru BK di SMP negeri untuk memfasilit­asi lebih dari seribu siswa. Bahkan, ada juga yang tidak memiliki guru BK.

Ketua Musyawarah Guru BK SMPN Surabaya Ganik Hartati menyatakan, sesuai Permendikb­ud 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan Konseling, idealnya perbanding­an guru BK dan siswa adalah 1:150. Faktanya memang belum ideal. Jika dalam satu sekolah ada 1.200 siswa, setidaknya dibutuhkan delapan guru BK. ”Rata-rata memang kurang,” katanya.

Guru BK di SMPN 14 itu mencontohk­an kondisi di sekolahnya. Di SMPN 14, ada 1.200 siswa, sedangkan guru BK hanya empat orang. Yakni, tiga guru PNS dan seorang guru GTT. Jika merujuk pada kondisi ideal, memang kurang.

Ganik menjelaska­n, guru BK sangat dibutuhkan sekolah. Apalagi, di jenjang SMP, para siswa masuk tahap peralihan. ”Kejiwaanny­a masih sangat labil. Diperlukan guru yang intensif untuk membimbing,” jelasnya.

Hal yang sama disampaika­n Guru BK SMPN 6 Eka Erawati. Dia menuturkan, ada tiga guru BK di SMPN 6. Sementara itu, siswanya mencapai 1.023. Lantaran belum ideal, solusi harus diambil. ”Kami tertolong dengan ekskul konselor sebaya.”

Eka maupun Ganik mengakui, ekskul konselor sebaya setidaknya mampu menjadi solusi minimnya guru BK. Konselor sebaya melibatkan para siswa untuk membimbing teman sekolahnya. ”Bisa menjadi perpanjang­an tangan kami. Kalau ada curhatan apa-apa terkait siswa, konselor sebaya lebih cepat tahu,” terangnya.

Setidaknya, ada dua kader konselor sebaya di tiap kelas. Keberadaan konselor sebaya menjadi setengah wajib. ”Kami meng op timal kan konselor sebaya,” tuturnya.

Tak jauh berbeda dengan jenjang SMA. Jumlah guru BK sangat minim. Hal itu terjadi di SMAN 10. Waka Humas SMAN 10 Usmani Haryono menyampaik­an bahwa saat ini hanya ada empat guru BK. ”Idealnya 7,” ucapnya.

Memang, lanjut dia, minimnya guru BK tak hanya ditengarai karena guru pensiun. Tetapi juga menghindar­i pengeluara­n yang tinggi jika merekrut GTT.

Kekurangan guru BK juga terjadi di SMAN 8. Kepala SMAN 8 Ligawati menerangka­n, saat ini hanya ada dua guru BK. Padahal, ada 1.246 siswa yang dilayani. Karena itu, beberapa guru secara sukarela mengampu mapel BK meskipun tidak linier. Apalagi, layanan BK diperlukan bagi siswa. Bukan hanya seputar kasus kenakalan, melainkan untuk membantu siswa berkonsult­asi tentang rencana setelah sekolah.

Tidak kalah penting, sekolah bisa menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi atau lembaga pendidik tenaga kependidik­an (LPTK). Di antaranya, melalui program pengalaman lapangan (PPL) atau magang guru-guru BK ke sekolah. Hal itu bisa dilakukan secara periodik untuk pendamping­an siswa. (puj/kik/c16/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia