Jawa Pos

Cetak Lulusan Pintar Taat Beribadah

-

BERAGAM kebiasaan diwajibkan pihak sekolah bukan hanya sebagai pembentuk siswa religius. Melainkan juga sebagai nilai tambah. Terutama bagi para murid dalam pelajaran agama. Melalui kegiatan-kegiatan itu, mereka mendapatka­n nilai sikap.

Kepala SMAN 8 Ligawati mengatakan bahwa siswa muslim dinilai dari keaktifann­ya menjalanka­n salat berjamaah di masjid sekolah. Terutama untuk salat Duhur.

Karena kapasitas masjid terbatas, Liga menjadwalk­an salat Duhur berjamaah. Misalnya, Senin adalah giliran seluruh siswa kelas X. Lalu, kelas XI mendapat giliran Selasa dan Rabu, sedangkan kelas XII pada Kamis.

Pada hari wajib itu, ada presensi. Setiap guru yang terakhir mengajar sebelum istirahat ke- dua bertugas mengoordin­asi. Siswa diarahkan ke masjid dan melakukan presensi. ”Baik guru muslim maupun tidak, pas ngajar sebelum istirahat yang jadi pendamping,” terangnya. Karena itu, toleransi tidak hanya ditunjukka­n antarsiswa. Namun, juga antara guru dan murid.

Sementara itu, siswa nonmuslim mendapat kesempatan yang sama. Mereka memperoleh penilaian agama, tapi dengan cara yang berbeda. Karena guru agama nonmuslim hanya mengajar seminggu sekali, Liga mewajibkan penilaian mingguan. Misalnya, dengan menyetor ayat dalam surat yang telah dibaca selama seminggu. Termasuk pemahamann­ya.

Selain itu, seluruh siswa bisa meraih nilai tambah lagi. Caranya dengan menyetor hafalan surat dalam kitab suci. Hal itu, lanjut Liga, berlaku untuk semua siswa sesuai agama yang dipeluknya. ”Harapannya, siswa tidak hanya pintar, tapi juga religius,” ujarnya.

Lebih dari itu, Liga berharap bisa mencetak lulusan yang pintar dan taat beribadah. Memang, Liga menyadari bahwa sekolahnya tidak menonjol di bidang akademik. Karena itu, dengan adanya program kearifan lokal dan religi, siswa mendapat bekal lebih. Menjadi pribadi yang rajin dan disiplin. Salah satunya dalam berdoa kepada Sang Pencipta. (kik/c7/nda)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia