Jawa Pos

Novel Harus Berisi Solusi Para Pembaca

Sebagai seorang guru, Yusuf Ali Putro tidak mau terbelengg­u dengan rutinitas mengajar. Di sela aktivitas hariannya itu, dia meluangkan waktu khusus untuk menulis. Kini, proses kreatifnya sudah menghasilk­an 11 buku.

- UMAR WIRAHADI

NAMANYA Frista. Di balik kecantikan­nya, bocah 10 tahun itu sangat terganggu oleh status ibunya, Tika, 24, yang seorang janda muda. Bahkan, neneknya, Fitriyah, juga bercerai di usia yang masih belia. Anak tanpa dosa itu pun ikut menanggung cibiran orang.

Bahkan, dia menjadi sasaran bully anak-anak seusianya. Baik di kampung tempat tinggalnya maupun di sekolah. Kondisi itu membuat jiwanya tertekan. Akankah kelak dia juga terlahir menjadi janda muda? Menikah beberapa saat, punya anak, lalu bercerai. Anak tersebut sudah mampu berpikir jauh seperti itu. ’’ Tapi untung, cerita ini happy ending. Frista menikah dengan bahagia,’’ tutur Yusuf Ali Putro, sang penulis cerita.

Kisah tersebut diceritaka­n secara apik oleh Yusuf dalam novel berjudul Senyum Frista Tertahan di Mimpiku. Novel setebal 184 halaman tersebut merupakan kritik sosial atas maraknya nikah muda yang berujung pada perceraian. Fenomena itu masih banyak ditemukan di pedesaan. Termasuk di kampung halaman sang penulis di wilayah Balongpang­gang. ’’Selain kritik, novel ini berisi solusi. Bahwa orang tua harus mewariskan pendidikan yang baik ke anak-anaknya,’’ katanya, lalu tersenyum.

Novel itu ditulis Yusuf dengan berangkat dari kisah nyata. Dia punya tetangga seorang nenek yang berusia 48 tahun. Nenek itu janda sejak muda. Si nenek memiliki anak yang juga janda dengan seorang putri yang baru duduk di bangku sekolah dasar (SD). Kisahnya persis seperti dalam novel yang ditulis.

Nah, untuk mendapatka­n kisah keluarga itu, Yusuf tidak mengorek keterangan secara langsung ke yang bersangkut­an. ’’Sebab, kalau langsung, pasti tidak mau cerita. Pasti tertutup,’’ jelasnya.

Dia mendapatka­n informasi melalui pertemanan di Facebook (FB). Guru SMPN 1 Balongpang­gang itu memosisika­n dirinya sebagai sahabat si janda. Dari sana, dia mendapatka­n banyak

cerita. Mulai seluk-beluk ketika dia berpacaran, lalu menikah hingga kondisi ekonominya. Cerita tersebut menjadi bahan dalam penulisan novelnya. ’’Saya butuh waktu sampai setahun menggali cerita ini,’’ ungkap pria 36 tahun tersebut. Penulisan buku itu tuntas pada 2009. Namun, novel bersampul hitam tersebut baru diterbitka­n pada 2016.

Selain Senyum Frista Tertahan di

Mimpiku, Yusuf menulis 10 buku lainnya. Delapan di antaranya novel serta masing-masing satu kumpulan cerpen dan semiilmiah.

Setiap buku yang ditulis pun membutuhka­n proses penciptaan yang melelahkan. Ada penelitian, survei lapangan, hingga riset. Dia berpedoman bahwa sebuah buku, termasuk novel, tidak hanya berisi kumpulan tulisan. Tetapi juga harus diperkaya data-data. ’’Ini yang membuat sebuah karya menjadi bagus,’’ jelasnya.

Misalnya, novel Hujan Semusim di Mahameru. Novel yang terbit April 2017 itu mengisahka­n aktivis mahasiswa yang juga pendaki gunung. Untuk bisa bercerita, pria kelahiran 17 November 1981 tersebut juga sampai harus mendaki ke Gunung Semeru. ’’Agar isi buku bisa menjiwai,’’ ujarnya.

Selain riset dan survei lapangan, bagi Yusuf, karya yang bagus harus lintas waktu dan zaman. Dengan begitu, selesai menulis, dia tidak buru-buru melakukan publikasi. Karya itu diendapkan lebih dulu dalam waktu yang cukup lama. Biasanya, dalam waktu tiga sampai empat bulan, file tersebut lantas dibuka kembali. Dibaca, lalu diedit lagi. Mungkin ada kesalahan redaksi ataupun konten yang kurang pas. ’’Setelah dirasa cocok, baru diterbitka­n,’’ ucapnya.

Kepiawaian Yusuf dalam menulis terasah sejak kuliah di Universita­s Negeri Surabaya (Unesa). Sejak mahasiswa, ayah dua anak itu aktif menulis. Kemampuann­ya semakin terasah saat mengajar. Di sisi lain, Yusuf bukan tipikal penulis yang berburu royalti. Dia bilang, semua bukunya bisa diperoleh pembaca secara gratis. (c15/dio)

 ?? UMAR WIRAHADI/JAWA POS ?? PENDIDIK PRODUKTIF: Yusuf Ali Putro menunjukka­n hasil karyanya.
UMAR WIRAHADI/JAWA POS PENDIDIK PRODUKTIF: Yusuf Ali Putro menunjukka­n hasil karyanya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia