Sukses Dongkrak Kunjungan Warga ke Posyandu
Terobosan ini mungkin tampak sederhana. Namun, dampaknya luar biasa. Terbukti, angka partisipasi kedatangan orang tua ke posyandu berhasil ditingkatkan. Tak heran bila penghargaan nasional diraih.
Bintang Gadis Rajendra, 4, tampak tak sabar untuk turun dari gendongan sang ibu, Sri Sunarni, 47, ketika memasuki Balai Dusun Munggon, Desa Tarik, Kecamatan Tarik. Begitu lepas dari gendongan, Bintang langsung mendorong mobil-mobilan kayu yang berukuran tiga kali lebih besar jika dibandingkan dengan badannya.
Tak puas, dia ingin menaikinya. Seorang petugas pun membantu Bintang menaiki mobil-mobilan itu. Sang ibu hanya tersenyum ketika melihat tingkah anaknya.
Selain roda yang dapat bergerak, mobil-mobilan tersebut dilengkapi dua tiang dari besi. Tiang yang menyangga besi tempat menggantung ayunan dari rotan itu cukup untukmenampunguntuk menampung satu anak balita.
Bintang seolah-olah tidak merasa diperiksa Minggu pagi (3/9) itu. Mungkin dia membayangkan bahwa dirinya berada di suatu wahana permainan. Padahal, di sebelahnya, seorang petugas sedang menghitung berat badan Bintang dengan dacin atau alat timbang yang tergantung tepat di bagian atas mobil-mobilan. ’’Beratnya naik sekilo? Jadi 16,5 (kg) ya, Bu?’’ kata Sri yang ikut memantau dacin kepada petugas penimbang.
Setelah berat badan Bintang didata, Sri berusaha menurunkannya dari timbangan. Namun, Sri harus berusaha ekstra. Sebab, genggaman Bintang pada rotan timbangan tersebut begitu kuat. Dia rupanya ingin duduk lebih lama. ’’Ayo, gantian. Nanti naik lagi,’’ rayu sang ibu. Pada urutan selanjutnya, sudah menunggu Yanuar Aria, 4, dan empat balita lainnya.
Pagi itu, posyandu seharusnya tutup. Posyandu tersebut biasanya hanya beroperasi tanggal 5 dan 13 setiap bulan. Namun, khusus hari itu, jadwalnya dimajukan.
Firsta Herlambang, pengelola program gizi Puskesmas Tarik, menuturkan bahwa timbangan unik tersebut didesain pada 2014. Latar belakangnya adalah belum optimalnya partisipasi orang tua untuk rutin menimbang anak-anaknya. Dari kelahiran 90 anak balita di Kecamatan Tarik per bulan, baru 70 persen anak yang rajin ditimbang.
’’Alasannya (yang tidak datang menimbang, Red), anaknya nangis tiap ke posyandu. Mungkin orang tuanya jadi malas dan akhirnya nggak rutin nim_
bang,’’ terang Firsta. Dari situ, muncul ide untuk menciptakan timbangan yang menyerupai mainan. Dampaknya langsung terasa. Enam bulan setelah pengenalan alat itu, angka timbang bayi naik hingga 90 persen.
Sebanyak 16 di antara 20 desa di Kecamatan Tarik sudah memiliki timbangan tersebut di balai desa masing-masing. Empat desa lainnya, yaitu Mindugading, Singogalih, Balongmacekan, dan Janti, menunggu pengadaan barang itu tahun depan. Beberapa desa di luar Tarik juga sudah memilikinya. Hingga kini, ada 25 desa yang memanfaatkan timbangan berbentuk mobil-mobilan tersebut.
Pemkab sendiri berencana melakukan pengadaan secara bertahap. Satu desa atau kelurahan minimal memiliki satu timbangan. Daerah-daerah dengan partisipasi minim ke posyandu diprioritaskan.
Meningkatnya partisipasi warga yang pergi ke posyandu akhirnya ikut menekan angka anak balita dengan bobot di bawah garis merah atau tidak sehat. Data itu dapat dipantau petugas maupun orang tua sebulan sekali ketika anak mengunjungi posyandu. Data tersebut tercatat di kartu menuju sehat (KMS).
’’Sebelum ada timbangan ini, bayi yang ada di garis merah sekitar 5 persen. Sekarang turun jadi 0,5 persen dan semua balita di Tarik sehat,’’ kata pria 40 tahun kelahiran Pasuruan itu. Selain ditimbang, anak balita diperiksa secara menyeluruh. Mereka juga mendapat asupan vitamin.
’’Timbangan ini menjadi kesenangan sendiri bagi anak-anak. Mereka akhirnya senang ke posyandu,’’ lanjut alumnus Akademi Gizi Depkes Malang tersebut. Melalui fasilitas itu, Pemkab Sidoarjo berhasil menyabet penghargaan tenaga kesehatan tingkat nasional 2015 di bidang kegiatan jalinan kemitraan masyarakat. Pemkab dianggap sukses memotivasi masyarakat untuk pergi ke posyandu. (*/c18/pri)