Jawa Pos

Telaten Dampingi Adik Asuh yang Susah Bangun Tidur

Peserta campus social responsibi­lity (CSR) memiliki banyak kisah menarik saat mendamping­i adik asuhnya. Misalnya, Muchammad Ainur Rochman. Dia rela mengantar dan menjemput adik asuhnya ke sekolah setiap hari. Lelah memang. Namun, yang penting, si adik tet

- GALIH ADI PRASETYO

IKHLAS. Itulah modal utama Muchammad Ainur Rochman untuk mengubah nasib Ahmad Fauzi, adik asuhnya. Fauzi seharusnya duduk di bangku SMA kelas X. Namun, kini, dia duduk di kelas IX. Musibah beruntun membuatnya terpuruk. Ujungujung­nya, dia putus sekolah.

Orang tua Fauzi meninggal dalam jeda yang cukup dekat. Sang ibu meninggal lebih dulu. Tiga bulan kemudian, ayahnya tutup usia. Duka mendalam dirasakan Fauzi. Remaja 15 tahun itu mengalami tekanan batin yang sangat berat. Fauzi akhirnya hidup sebatang kara di rumahnya di kawasan Ngagel Rejo.

Sebenarnya Fauzi mempunyai seorang kakak. Namun, kakaknya sudah bertahun-tahun merantau ke Jakarta. Hingga kini, kakaknya seolah-olah menghilang. Tidak ada kabar. Fauzi akhirnya ditemani pamannya. Namun, sang paman tidak begitu peduli dengan pendidikan Fauzi.

Sejak kematian orang tuanya, tidak ada yang membangunk­an Fauzi untuk sekolah. Akibatnya, dia sering bangun kesiangan dan akhirnya membolos. Sekolahnya memiliki aturan cukup ketat. Siswa yang sering membolos terancam di- drop out (DO).

’’Saat kelas VIII, dia dipanggil gurunya dan ditanya mau lanjut sekolah atau tidak,” ujar Muchammad. Menurut mahasiswa jurusan Hukum Pidana Islam Universita­s Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) tersebut, Fauzi malah memilih tidak melanjutka­n sekolah. Itulah tantangan yang harus dihadapi Muchammad. Dia berusaha membuat Fauzi kembali bersekolah.

Setiap hari Muchammad berpikir keras. ’’Yang ada di pikiran saya saat itu, gimana caranya agar anak ini mau sekolah lagi,” ucap Muchammad. Dia lantas mencoba pendekatan personal. Muchammad menyambang­i Fauzi tiga kali seminggu. Di setiap kunjungan, Muchammad membujuk Fauzi agar kembali bersekolah.

Semula, ajakan itu tidak mempan. Kendalanya sama, yaitu bangun kesiangan. Muchammad pun meluangkan waktu untuk membantu Fauzi. ’’ Tiap pagi, saat waktunya sekolah, saya jemput dia,” katanya.

Awalnya, rencana tersebut tidak berjalan mulus. Sebab, Fauzi sangat sulit dibangunka­n. Matanya memang terbuka. Namun, tak lama, dia tidur lagi. Fauzi pernah ditinggal sebentar oleh Muchammad untuk memompa ban sepeda. Tidak sampai lima menit, Fauzi kembali terlelap.

Sejak kejadian itu, Muchammad menunggui Fauzi dari awal bangun hingga siap berangkat ke sekolah. ’’ berani ninggal lagi,” tuturnya. Pulangnya pun demikian. Muchammad setia menjemput Fauzi. Jasa antar jemput tersebut berlangsun­g hingga lebih dari sebulan. Niat baik Muchammad pun sempat mendapat anggapan negatif dari keluarga Fauzi. Ada yang menganggap tindakan Muchammad bakal sia-sia. Namun, Muchammad tidak peduli. Dia tetap ingin membantu Fauzi.

Lambat laun, Fauzi sadar. Meski tidak diantar-jemput Muchammad, dia mau kembali bersekolah. Selama sebulan sekolah, akhirnya Fauzi punya kesempatan manis. Meskipun tidak masuk sekolah enam bulan, dia dinyatakan bisa langsung naik ke kelas IX.

Bagi Muchammad, hal itu adalah pencapaian besar. Dia pun tetap semangat mendamping­i Fauzi. Muchammad optimistis bahwa adik asuhnya bisa memiliki masa depan yang lebih baik.

Begitu masalah pendidikan selesai, muncul masalah baru. Sehari-hari, Fauzi hanya mengandalk­an bantuan makanan dari dinas sosial (dinsos). Dalam sehari, dia hanya dijatah makan satu kali. Selebihnya? Ya menahan lapar. Namun, Fauzi sudah terbiasa menahan lapar. Terkadang, sang paman yang bekerja sebagai tukang servis HP memberikan makanan kepada Fauzi. ’’Itu kalau paman punya rezeki. Kalau sepi, ya tidak dikasih,” terang Muchammad.

Sesekali Muchammad mentraktir Fauzi. Kesempatan tersebut digunakan Muchammad untuk mengetahui kondisi Fauzi. Baik di sekolah maupun di rumah. (*/c18/oni)

 ?? GALIH ADI PRASETYA/JAWA POS Nggak ?? TANPA PAMRIH: Muchammad mengantar-jemput Fauzi ke sekolah yang jaraknya sekitar 10 menit dari rumah.
GALIH ADI PRASETYA/JAWA POS Nggak TANPA PAMRIH: Muchammad mengantar-jemput Fauzi ke sekolah yang jaraknya sekitar 10 menit dari rumah.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia