Jawa Pos

17 Tahun Ekspor ke Jepang

-

SIDOARJO – Subandi mengawali usaha sebagai perajin rotan pada 2000. Dia mengambil rotan dari Gresik, lalu diolah di tempat produksiny­a RT 5, RW 1, Desa Gamping, Kecamatan Krian. ”Ilmunya dulu saya dapat ketika kerja di pabrik rotan,” kata pria kelahiran Ponorogo, 24 April 1974, itu.

Sejak pertama produksi, hasilnya langsung dikirim ke Jepang. Hal tersebut berlangsun­g hingga saat ini. ”Kirim ke Jepang dulu satu buah sebagai contoh. Kalau sudah cocok, baru produksi banyak,” katanya.

Hanya ke Jepang. Tidak ke negara lain. ”Pernah sih dulu dikirim ke Amerika. Pada 2010,” ucapnya. Namun, yang konsisten memesan adalah pelanggan dari Jepang. ”Kalau ada pesanan dari Amerika lagi, ya kami siap saja,” lanjutnya. Yang dia produksi beragam jenis kerajinan. Ada sekat dari anyaman rotan, kursi, meja makan, rak, lemari, dan keranjang tempat pakaian kotor. Apa pun bisa, sesuai pesanan.

Untuk harga, yang menjadi patokan Subandi adalah dolar. Misalnya, dia menjual seharga 50 dolar per unit untuk kerajinan lemari dengan ukuran tinggi 1,5 meter dan lebar 90 sentimeter. ”Yang dijual di Indonesia biasanya yang afkir,” katanya. Biasanya, kursi kecil dengan tinggi 70 sentimeter dan lebar 60 sentimeter dijual Rp 200 ribu.

Dalam sehari, usaha Subandi bisa menghasilk­an 90 jenis barang kerajinan. Dalam sebulan, rata-rata dua kontainer barang dia kirim. ” Yang punya nilai jual itu desain dan uniknya. Karena itu, kami tetap bisa bertahan,” ujarnya. (uzi/c6/ai)

 ?? HANUNG HAMBARA/JAWA POS ?? SURVIVE: Pegawai menata kursi rotan di Desa Gamping.
HANUNG HAMBARA/JAWA POS SURVIVE: Pegawai menata kursi rotan di Desa Gamping.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia