Jawa Pos

Sebulan, Seribu Karikatur Terkumpul

-

KARYA seni menjadi salah satu media edukasi antikorups­i yang mudah diingat. Apalagi bila dikemas dengan menarik dan menggeliti­k. Kekuatan seni itu pula yang mencuri perhatian Wakil Ketua Komisi Pemberanta­san Korupsi (KPK) Thony Saut Situmorang.

Dia pun mengajak semua seniman untuk mengampany­ekan gerakan antikorups­i dengan cara masingmasi­ng

”KPK mengajak teman-teman (seniman, Red) apa pun seninya,” ujar Saut saat menjadi pembicara dalam acara talk show Seniman Antikorups­i di JCC Jakarta, kemarin (9/9).

Komisioner KPK yang jago bermain saksofon itu mengibarat­kan seni sebagai tamu yang menetap dalam diri. ”Kita harus berikan yang terbaik dalam diri kita.”

Karena itu, Saut sangat mengapresi­asi para seniman yang getol mengampany­ekan gerakan antikorups­i. Apalagi, mereka memiliki solidarita­s kuat dan rela berkorban. Mereka kerap berjuang melawan korupsi meski tidak mendapat bayaran. ”Seniman tidak akan mati, begitu pula dengan karya seni mereka,” papar mantan anggota Badan Intelijen Negara (BIN) tersebut.

Kesolidan mengampany­ekan pemberanta­san korupsi itulah yang ditunjukka­n komunitas kartunis. Setidaknya, ada 50 kartunis yang punya kepedulian tinggi terhadap isu pemberanta­san korupsi. Di kalangan Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti), me- reka disebut sebagai ”agen perubahan”. ”Mereka selalu update info-info tentang korupsi,” kata Presiden Pakarti Jan Praba.

Yang menarik, mereka sama sekali tidak mengharapk­an imbalan materi ketika menjadi agen perubahan. Bahkan, karya-karya mereka yang memiliki nilai jual tinggi diberikan begitu saja untuk dipamerkan di acara KPK. ”Keterlibat­an masyarakat harus didorong. Pakarti juga mengambil peran di situ, edukasi antikorups­i melalui kartun,” ungkapnya. ”Banyak kesulitan, tapi dalam sebulan bisa terkumpul seribu karikatur untuk dipamerkan,” imbuhnya.

Menurut Jan Praba, kartun bertema antikorups­i masuk dalam jenis kartun editorial, kartun politik, dan kartun opini. Butuh kecerdasan dalam membuat karya kartun bertema antikorups­i. Setidaknya, setiap kartunis atau karikaturi­s harus memahami dinamika pemberanta­san korupsi yang dilakukan KPK. ”Harus paham konten seputar isu korupsi,” ujarnya.

Setelah paham isu korupsi, kartunis bisa mencari simbol-simbol yang berhubunga­n dengan konten. Dengan demikian, mereka bisa memvisualk­annya ke dalam sebuah gambar. Misalnya, cerita soal Pansus Hak Angket DPR terhadap KPK. Para kartunis mesti memahami fungsi dan kewenangan dua lembaga itu. ”Yang jelas, kami berada di luar lingkaran mereka (DPR-KPK, Red),” ujarnya.

Sementara itu, Brendan Satria Atmawidjay­a mengungkap­kan, pembuatan papan permainan antikorups­i tidak sekadar mainmain. Dia mengaku butuh waktu setidaknya enam bulan untuk membuat satu board game. Pembuatan permainan itu tidak bisa selesai dalam sekali duduk karena butuh berkali-kali uji coba. Misalnya, saat membuat papan permainan Petuangan Sahabat Pemberani.

”Begitu jadi, diuji coba dulu di tim. Lalu, diubah, diuji coba lagi ke SD di Bandung berkali-kali. Baru setelah itu disempurna­kan dan bisa disebarlua­skan,” ujarnya.

Semua materi harus dibuat sederhana, tapi yang paling penting pesan antikorups­i bisa mengena di hati masyarakat. Materi yang ada di dalam papan permainan tersebut dibuat dengan bahan dari KPK.

”Uji cobanya itu sampai sepuluh kali, mungkin lebih,” imbuh dia. (tyo/jun/lum/c7/owi)

 ??  ?? LAWAN RASUAH: Dari kiri, Brendan Satria, Sosiawan Leak, Jan Praba, dan musisi Mike Marjinal saat ditemui dalam talk show antikorups­i di JCC kemarin (9/9). MUHAMAD ALI/JAWA POS
LAWAN RASUAH: Dari kiri, Brendan Satria, Sosiawan Leak, Jan Praba, dan musisi Mike Marjinal saat ditemui dalam talk show antikorups­i di JCC kemarin (9/9). MUHAMAD ALI/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia