Jawa Pos

Baca Puisi, Menangis Teringat Adik Asuh

Memasuki tahun pelajaran baru 2017/ 2018, para anggota UKM kampus unjuk gigi di hadapan mahasiswa baru. Tak terkecuali UKM Campus Social Responsibi­lity ( CSR) Universita­s Adi Buana ( Unipa) Surabaya. Mereka mengajak adik asuh untuk menampilka­n musikalisa­s

- ANTIN IRSANTI

LIHATLAH nan jauh di sana. Negeri ini seakan tersiksa. Inilah kami anak bangsa. Rakyat kecil yang hanya bisa bersuara. Bait awal puisi berjudul Suara Rakyat Kecil karya anggota CSR Unipa dibacakan Kurnia Sari dengan lembut. Meski tampak malu-malu, adik asuh Dani Setiawan itu mantap membaca deretan kata demi kata.

Dani yang berada tepat di sampingnya pun tertunduk. Linangan air mata tak dapat dibendung. Hingga tiba gilirannya membaca puisi, Dani masih tak dapat menahan tangis. Sambil sesengguka­n, mahasiswa semester 3 jurusan bimbingan dan konseling itu berusaha menyelesai­kan membaca puisi kedua yang berjudul Dari CSR untuk Negeri.

’’ Sanubari kami tak sanggup melihat perjuangan yang kau lakukan. Masa depan suram terlintas di depan mata. Karena engkau tak bisa memperoleh pendidikan yang ada.’’

Penonton seisi aula memberikan tepuk tangan untuk membesarka­n hati Dani. Namun, keharuanny­a semakin menjadi. Dani pun sempat menutupi wajahnya untuk menyeka air mata. Dia menghela napas panjang sebelum mulai membaca kembali.

’’ Kami mengabdi untuk bangsa dan negara. Mengedepan­kan rasa peduli tanpa memikirkan imbalan. Di benak kami tersimpan satu semboyan. Loyalitas berbagi dari hati. Semua itu kami lakukan. Untuk negeri tercinta ini.’’

Riuh tepuk tangan semakin berderai. Akhirnya, Dani menyelesai­kan kalimat terakhir. Dia pun mengusap kepala Kurnia. Kasih sayang yang ditunjukka­n seperti seorang kakak terhadap adiknya.

Perkenalan Dani dan Kurnia baru sekitar empat bulan lalu. Sebagai pendaftar program CSR Dinas Sosial Surabaya, mahasiswa asal Sepanjang, Sidoarjo, itu mendapatka­n adik asuh Kurnia Sari. Melihat kondisi gadis cilik tersebut, Dani pun terharu.

Menurut Dani, Kurnia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya sudah bekerja, sedangkan adiknya masih SD. Meski demikian, mereka tidak sekolah. Sang ibu tak sanggup membiayai pendidikan mereka. ’’Ayahnya baru meninggal lima bulan lalu,’’ tuturnya.

Sehari-hari, Kurnia membantu ibunya berjualan jajanan di depan sekolah. Dani miris dengan kenyataan itu. Sekolah sebesar itu tak mampu membantu adik asuhnya agar bisa mengecap pendidikan. Gadis cilik tersebut hanya bisa belajar di PKBM (pusat kegiatan belajar masyarakat) untuk mendapatka­n ijazah kejar paket B.

Karena itu, dalam kegiatan pengenalan UKM di kampusnya kemarin (9/9), Dani tak dapat menahan air mata. Dia terharu melihat ratusan mahasiswa duduk di aula Unipa. Mereka bisa merasakan bangku perguruan tinggi. Sebaliknya, adik dampingnya sulit mendapatka­n pendidikan. Karena itu, Dani mengajak para mahasiswa untuk membantu anak-anak putus sekolah dan rentan putus sekolah agar mendapat kesempatan meraih masa depan yang lebih baik. ’’Kalau bukan kita, siapa lagi,’’ ujarnya.

Ketua UKM CSR Unipa Virca Yunita Kusumayani mengung kapkan, kampusnya mengikuti kegiatan CSR Dinsos sejak 2014. Banyak cerita yang telah mereka lalui bersama adik damping. Dia berharap, sedikit bantuan yang diberikan mampu meringanka­n beban para adik dampingnya. ’’Kami tidak dibayar. Tapi, melihat adik damping bisa berhasil sekolah lagi, kami sungguh senang,’’ ungkapnya. (*/c17/oni)

 ?? ANTIN IRSANTI/ JAWA POS ?? TRENYUH: Firdayanti menenangka­n Dani Setiawan yang tak dapat membendung air mata saat mendengark­an adik asuhnya membaca puisi.
ANTIN IRSANTI/ JAWA POS TRENYUH: Firdayanti menenangka­n Dani Setiawan yang tak dapat membendung air mata saat mendengark­an adik asuhnya membaca puisi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia