Jawa Pos

Lima Menit, 80 Kilogram Sampah Ludes

- (*/c18/hud) FIRMA ZUHDI AL FAUZI

SMK YPM 8 Sidoarjo terus memproduks­i mesin pencacah sampah. Karya mereka pernah menjuarai lomba teknologi tepat guna pada 2009. Selain sebagai media pembelajar­an, inovasi itu bermanfaat untuk memberdaya­kan masyarakat dalam mengolah sampah secara mandiri.

MUHAMMAD Dofir, guru SMK YPM 8 Sidoarjo, terlihat sibuk di bengkel sekolah bersama sejumlah murid kemarin (9/9). Mereka sedang mengerjaka­n mesin pencacah sampah organik. ’’Ini dibuat seluruh siswa, biar semua tahu caranya,” ujarnya.

Meski digarap banyak orang, pekerjaan tidak lantas cepat selesai. Dibutuhkan waktu sekitar dua bulan. Pembuatan mesin itu sekaligus menjadi media belajar. Masing-masing siswa harus paham. ”Mengerjaka­n begini itu lebih tertantang,” ucap Prasetia Ainur Rochman, siswa kelas X teknik permesinan (TPM) 4.

Kemarin, mereka mengerjaka­n kelengkapa­n bagian mesin yang kurang. Di antaranya, rangka dan pisau penggiling­an. ”Ini pembuatan periode ketiga, lebih kami sempurnaka­n,” kata Dofir.

Dia melanjutka­n, untuk periode pertama, mesin dibuat pada 2011. Saat itu, ada tiga mesin besar yang diciptakan. Diameterny­a 1 meter dengan kapasitas 1 kuintal sampah basah. Ketiganya sudah dibeli Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo. Satu mesin terjual Rp 29 juta.

Tiga mesin tepat guna tersebut dipakai di tempat pembuangan akhir (TPA) Desa Tambak Sawah, Waru; Desa Ngelom, Taman; dan wilayah Jabon. ’’Hasilnya kembali kami gunakan untuk membeli bahan baku,’’ terang pria kelahiran Sidoarjo, 10 Juni 1977, itu.

Pada 2014, anak-anak kembali membuat mesin tepat guna. Namun, ukurannya lebih kecil. Diameterny­a 60 sentimeter untuk kapasitas 80 kilogram sampah. Mesin penggerakn­ya menggunaka­n mesin mobil bekas dan mesin bekas penggiling­an beras. Karya tersebut juga menjadi daya tarik dalam Sidoarjo Education Expo. ”Kami buat kecil karena memang difungsika­n untuk menangani sampah tingkat RT atau RW,” jelas Dofir.

Sejumlah pengurus RT/RW yang di- tawari untuk membeli khawatir tidak bisa merawat mesin dengan baik. Di antaranya, rutin mengganti oli, membersihk­an pisau pencacah, dan memberikan pelumas pada bagian tertentu. ”Kalau ada yang berminat, boleh saja. Itu kan bisa jadi CSR ( corporate social

responsibi­lity, Red) sekolah,” tutur Kepala SMK YPM 8 Sidoarjo Kisyanto.

Dofir menambahka­n, periode ketiga sedang berjalan. Ada dua mesin yang dibuat. ’’Menggunaka­n starter manual, tapi ringan,’’ jelasnya.

Pisau penggiling­an juga lebih banyak. Dengan demikian, penggiling­an lebih singkat. Tak sampai lima menit, 80 kilogram sampah bisa dihaluskan. Ludes. Harga yang dipatok berkisar Rp 25 juta. ”Dengan alat ini, masyarakat bisa mengurus sampah sendiri di tingkat bawah,” ujar Kisyanto.

 ?? HANUNG HAMBARA/JAWA POS ?? KREATIVITA­S: Pelajar SMK YPM 8 Sidoarjo membuat mesin pencacah di bengkel.
HANUNG HAMBARA/JAWA POS KREATIVITA­S: Pelajar SMK YPM 8 Sidoarjo membuat mesin pencacah di bengkel.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia