Membidik Kolektor yang Tak Mau Barang Pasaran
Membeli kado untuk sahabat atau kerabat yang berulang tahun sudah menjadi tradisi. Hadiah biasanya bersifat unik atau spesial. Namun, masih sedikit toko hadiah yang menyediakan barangbarang yang bersifat personal atau custom made.
CERUK tersebut dimanfaatkan Erni Kurniawati untuk menekuni bisnis barang-barang custom. Berangkat dari promosi lewat media sosial, bisnis yang berlabel Errenz tersebut kini beromzet Rp 80 juta per tahun. ”Awalnya saya hanya dropship dan
reseller, tapi sekarang bisa produksi sendiri. Keuntungan dari dropship itu lah yang saya gunakan untuk memproduksi barang-barang hand
made,” kata Erni di Surabaya beberapa waktu lalu.
Errenz menyediakan berbagai macam barang custom. Mulai boneka, bantal, hingga aksesori rumah. Namun, dia menegaskan bahwa Errenz tidak membatasi keinginan konsumen. Seluruh permintaan konsumen diupayakan untuk dipenuhi. ”Kami akan terus mengikuti tren di kalangan konsumen agar mereka tidak bosan. Selagi bisa, akan kami buatkan,” ujarnya.
Banyaknya jenis barang yang ditawarkan membuat Erni bisa menstabilkan bisnisnya. Sistem tersebut membuat Errenz tidak hanya berpatok pada satu produk. Kalau satu barang tidak laku, penjualan bisa dialihkan ke barang lain. Apalagi, produk Errenz kebanyakan cus
tom. Dengan begitu, Erni tidak perlu membuat stok produk yang terlalu banyak.
Meski berikrar menyediakan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen, sampai saat ini pesanan yang diterima Errenz masih didominasi hadiah. Karena itu, Erni selalu kebanjiran order di harihari spesial. Misalnya, Lebaran, Natal, dan Valentine. Ada pula pesanan pada hari spesial pribadi seperti perayaan ulang tahun dan hadiah pernikahan. ”Mereka umumnya memesan custom dengan nama atau warna kesukaan. Yang penting kita harus pintar membidik pasar,” jelasnya. Selain jenis barang, konsumen memang bisa melakukan kostumisasi dari segi apa pun. Mulai bentuk, ukuran, warna, harga, maupun ciri unik lainnya. ”Saya menargetkan kolektor barang unik. Karena mereka selalu ingin barangbarang yang khusus dan tidak dijual di pasaran,” ujarnya. Untuk membidik pasar yang sesuai, Erni sengaja menggunakan media daring karena lebih mudah. Bahkan, beberapa media sosial telah memiliki teknologi yang bisa memasang iklan produk agar tepat kepada orang-orang yang dibidik. ”Saya bahkan rela meluangkan waktu untuk ikut kelas online shop,” katanya. (pus/c21/noe)