Menuju Terbaik dalam Sejarah
Christopher Froome sukses melakukan apa yang belum pernah dilakukan sebelumnya, menjadi juara Tour de France dan Vuelta a Espana di tahun yang sama. What’s next?
BAGI penggemar cycling, tidak perlu dijelaskan betapa beratnya menjuarai dua grand tour (lomba tiga pekan) dalam satu tahun.
Bagi yang belum terlalu paham, apa yang dilakukan Chris Froome tahun ini bisa menjadi penjelasan luar biasa.
Dalam sejarah balap sepeda dunia, hanya ada dua orang sebelum Froome yang memenangi Tour de France dan Vuelta a Espana di tahun yang sama. Jacques Anqutil pada 1963 dan Bernard Hinault pada 1978.
Tapi waktu itu, La Vuelta berlangsung sebelum Le Tour. Dan waktu itu, formatnya belum tiga pekan (21 etape) seperti sekarang. Pada 1963 ’’hanya’’ 15 etape dan pada 1978 berlangsung 19 etape.
Apa yang dilakukan Froome benar-benar superhuman. Karena dia melakukan historic double itu di era modern. Saat kedua lomba sama-sama terdiri atas 21 etape, dan hanya terpisah sekitar sebulan. Coba bayangkan. Ada 72 hari antara awal Tour de France 1 Juli lalu dengan akhir Vuelta a Espana Minggu kemarin (10/9). Dalam 72 hari itu, Froome balapan sebanyak 42 hari (masingmasing lomba 21 hari).
Hebatnya lagi, dalam 42 hari lomba itu, Froome harus berjuang dan bertahan memimpin lomba sebanyak 32 hari.
Sangatlah sulit bagi seorang
cyclist di era modern ini untuk mempertahankan form selama itu. Karena itulah, banyak sekali orang yang gagal memenangi dua grand
tour dalam tahun yang sama. Segala persiapan dan perencanaan Froome dan Team Sky tahun ini benar-benar berjalan sesuai harapan. Sebelum Tour de France, Froome sangat membatasi partisipasi lomba. Dengan demikian, dia bisa fresh menghadapi lomba itu, lalu menjaganya hingga La Vuelta.
Team Sky juga membagi pasukan pembantu dengan begitu baik. Fokus menurunkan climber
climber terbaik untuk mengawal Froome di kedua lomba.
Dan Froome memaksimalkan segala kesempatan!
Dia tampak begitu emosional seusai mengunci gelar di puncak Angliru, Sabtu lalu (9/9). Lebih emosional daripada saat memenangi Tour de France!
’’Perasaannya begitu luar biasa. Momen seperti inilah yang membuat segala pengorbanan, segala waktu yang kami habiskan jauh dari rumah, menjadi worth it,’’ tandas pembalap 32 tahun itu.
Dengan sukses bersejarah, nama Froome pun akan tercatat dalam sejarah. Dan ternyata, banyak pihak yang menyebut pembalap Inggris itu layak dapat pengakuan lebih hebat lagi.
’’Saya rasa dia layak dinobatkan sebagai Sports Personality of the
Year. Dia juga layak dinobatkan sebagai bangsawan. Saat ini, Froome sudah sangat mendekati puncak
ranking terbaik dalam sejarah. Setara dengan Bernard Hinault dan Miguel Indurain. Orang-orang yang telah memenangi lima Tour de France sekaligus Giro d’Italia dan Vuelta,’’ papar Sean Kelly, mantan juara Vuelta, via Eurosport.
Pujian lebih hebat datang dari Oscar Pereiro, juara Tour de France 2006. ’’Bagi saya, kalau Froome jadi juara Vuelta, maka dia menjadi
cyclist terbaik di dunia,’’ ucapnya seperti dikutip Evening Standard Inggris. ’’Dia selevel Miguel Indurain, Bernard Hinault, dan Eddy Merckx,’’ tambahnya.
Lebih lanjut, Pereiro menyebut Froome sebagai salah satu yang terbaik di dunia olahraga, di cabang apa pun. Sayangnya, cycling punya masalah doping di masa lalu, sehingga sulit bagi orang untuk menyetarakan bintang cycling dengan bintang olahraga lain.
’’Dia (Froome, Red) satu level dengan Fernando Alonso, Usain Bolt, dan Michael Schumacher,’’ tegasnya.
Usai menjadi juara di Vuelta, jangan heran kalau Froome akan istirahat panjang di akhir 2017 ini. Ada kemungkinan dia akan turun di ajang time trial di kejuaraan dunia, Oktober nanti. Tapi, selain itu, mungkin dia tidak akan balapan di mana-mana.
Lalu, bagaimana dengan tahuntahun ke depan? Setelah empat kali juara Tour de France dan merebut Vuelta, apakah Froome akan tergoda untuk mengejar gelar Giro d’Italia? Froome bilang tidak mau berpikir banyak dulu.
’’Tahun depan adalah tahun depan. Saya ingin menikmati dulu kemenangan (Vuelta) ini,’’ pungkasnya.