Bebaskan Kreativitas untuk Bikin Motif
Berangkat dari keprihatinan batik tak lagi menarik minat anak muda, sejumlah dosen Fakultas Seni dan Desain UK Petra mengambil inisiatif. Mereka menggelar pelatihan pembuatan batik colet untuk generasi muda.
SELASAR SDN Sidodadi II terlihat ramai pada Sabtu (9/9). Sebanyak 53 siswa kelas VI bersama sepuluh guru memenuhi halaman berukuran 10 x 25 meter itu. Beralas tikar koran bekas, mereka duduk lesehan.
Puluhan siswa yang mengenakan seragam pramuka itu terlihat sibuk mewarnai selembar kain putih dengan canting berisi malam cair panas. Cairan malam tersebut diciduk dari kompor kecil berbahan bakar minyak tanah. Pagi itu, mereka sedang belajar membatik.
Cairan malam yang tertampung dalam canting perlahan-lahan mereka tuangkan di atas kain. Mengikuti sebuah pola yang sebelumnya mereka gambar dengan menggunakan pensil. Meski terlihat sederhana, beberapa siswa tampak kesulitan menggunakan canting. Ada yang ragu-ragu menuangkan malam. Ada pula yang tergesagesa mengeluarkan terlalu banyak cairan malam hingga luber melebihi garis pola.
Misalnya, yang terlihat dari hasil karya M. Iqbal Taha Abdilla. Siswa kelas VI-B itu menuturkan, dirinya kesulitan membuat pola dengan menggunakan canting. Selain itu, untuk mengatur cairan malam secara tepat di atas garis abu-abu pensil, bocah 12 tahun tersebut harus berhenti beberapa kali.
Tangan mungilnya sering terkena tetesan malam panas. Kondisi itu membuatnya harus mengibas-ngibaskan tangannya untuk mengurangi rasa sakit. ” Ndak sampai melepuh sih. Tapi, waktu kena kulit, sempat kaget,” tuturnya.
Dalam selembar kain itu, Iqbal menggambar macam-macam jenis tumbuhan dan hewan. Misalnya, barisan rumput, bunga teratai, mawar, dan aneka jenis daun. Di antara motif daun tersebut, Iqbal menyisipkan gambar burung merak yang cantik.
Berbagai bentuk motif yang tertuangan dalam karyanya itu merupakan hasil observasi dan pengamatan langsung. Yakni, ketika dia bersama teman satu kelasnya pergi ke taman flora untuk mencari inspirasi motif.
Pelatih batik Laksmi Kusuma Wardani menyatakan, motif batik tersebut sengaja dieksplorasi untuk mengasah kreativitas siswa. Terutama mengajak siswa mengimplementasikan apa yang dilihatnya untuk menjadi sebuah karya.
Selain mengajak anak untuk kreatif, dosen Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen (UK) Petra itu mengajak siswa untuk mengetahui pembuatan batik dengan mengunjungi perajin batik di wilayah Jetis, Kabupaten Sidoarjo. ”Prosesnya kami beri tahu langsung. Siswa tinggal mengamati. Kemudian, dipraktikkan hari ini,” paparnya.
Untuk pelatihan membatik, Laksmi menggunakan teknik colet. Yakni, pewarnaan batik menggunakan kuas. Rencananya, teknik perwarnaan tersebut dilangsungkan pada Sabtu (23/9). Batik colet dipilih Laksmi lantaran pembuatannya paling sederhana. Tidak membutuhkan banyak proses. Karena itu, praktik pembuatannya bisa dilakukan siswa tingkat sekolah dasar.
Ide mengajarkan pembuatan batik kepada siswa tersebut diterapkan Laksmi karena prihatin. Batik sebagai warisan budaya yang diakui United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) tidak banyak diminati generasi muda. Terutama kalangan siswa.
Batik memang masih banyak diminati saat ini sebagai busana. Namun, praktik cara membuatnya belum banyak diajarkan. ”Nah, inilah yang mendorong kami untuk mengenalkan batik kepada siswa,” jelasnya. (elo/c16/ano)