Jadikan Membatik sebagai Kurikulum
UNTUK membuat batik lebih diminati generasi muda, Laksmi mempunyai usul. Yakni, menjadikan membatik masuk kurikulum seni. Dengan menjadi bagian dari pelajaran seni dan budaya, setidaknya siswa-siswi berkenalan dan mempunyai pengetahuan yang cukup soal batik. ”Ibaratnya, tak kenal, maka tak sayang,” katanya.
Menurut Laksmi, banyak manfaat yang bisa didapat siswa dari membatik. Selain menjaga tradisi, membatik bisa membantu siswa menemukan bakat, keterampilan, kreativitas, dan ide.
Melalui praktik membatik, unsur pendidikan seni yang selama ini terlihat tidak memiliki implementasi jelas dalam pembelajaran bisa diwujudkan. Misalnya, belajar melihat, mengamati, hingga melakukan.
Dalam membatik, siswa juga di ajari cara untuk mengeksplorasi kreativitasnya. Caranya, siswa membuat pola sesuai imajinasinya dalam memahami sesuatu. ”Dengan model ini, pembelajaran seni di sekolah akan lebih bermakna,” tutur pengajar desain interior itu.
Kepala SDN Sidodadi II Mulyani menyambut baik perihal usulan dimasukkannya pembelajaran batik dalam pelajaran seni dan budaya. Menurut dia, dengan membatik, pemahaman siswa tentang kebudayaan Indonesia akan terserap secara langsung.
Saat ini, SDN Sidodadi II sedang menyusun realisasi kurikulum membatik. Rencananya, praktik membuat pola batik itu akan dimasukkan materi ujian sekolah (US). ”Ujian praktiknya akan kami nilai dari seberapa bagus siswa bisa membatik,” tuturnya. (elo/c6/ano)