Jawa Pos

Takraw Belum Punya Lapangan Sendiri

-

BIBITBIBIT atlet sepak takraw berbakat bersemi di Pulau Bawean. Hampir pasti, atlet takraw Kabupaten Gresik berasal dari sana. Hampir semua desa di Bawean punya atlet takraw. Punya klub sendiri. ”Jadi, kalau ada turnamen, selalu ramai,” kata pegiat sepak takraw Bawean Makhfud kepada Jawa Pos kemarin (10/9).

Turnamen sepak takraw antardesa ramai mulai Juni hingga Desember. Selama Juli lalu, turnamen diikuti 64 tim umum dan 34 tim pelajar. Hampir semua desa mengirimka­n klub peserta. ” Turnamen menjadi tradisi tahunan untuk membina anak-anak (atlet, Red),” ujar lelaki yang menjabat koordinato­r prestasi Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Kabupaten Gresik itu.

Potensi sepak takraw sangat tinggi. Sayangnya, boleh dikata, geliat masyarakat masih berjalan sendiri. Belum ada dukungan maksimal dari pemerintah.

PSTI atau KONI sama sekali tidak punya lapangan sendiri untuk pengembang­an sepak takraw. Semua lapangan di Palau Bawean merupakan aset desa. Hasil upaya swadaya masyarakat. ”Memang kami sangat terbantu oleh antusiasme masyarakat Bawean,” ujar Ketua Harian PSTI Gresik Suwarno.

Suwarno mengakui, PSTI atau KONI Gresik belum bisa mengupa- yakan lapangan sendiri. Alasannya, anggaran sangat minim. Bayangkan, anggaran pengembang­an sepak takraw hanya Rp 35 juta per tahun. Dana itu digunakan untuk menunjang penyelengg­araan turnamen dan fasilitas berupa net, bola, serta suplemen atlet.

”Kita tidak bisa berharap banyak soal dana. Anggaran KONI terbatas. Dibagi untuk semua cabor (cabang olahraga, Red),” ujarnya.

Dengan anggaran secekak itu, prestasi sepak takraw Gresik cukup menjanjika­n. Mampu berbicara banyak level daerah, juga level nasional. Misalnya, memperkuat tim sepak takraw Jatim dalam Pekan Olahraga Nasional (PON).

Baru-baru ini, atlet takraw asal Kecamatan Tambak bernama Fathan memperkuat sepak takraw Jatim di PON Jabar 2016. Pemuda 20 tahun itu menjadi tulang punggung dalam meraih medali emas. ’’Bangga rasanya bisa mengharumk­an nama daerah,” ujar alumnus SMA Olahraga (Smanor) Sidoarjo tersebut.

Selain Fathan, atlet Bawean yang pernah berkibar di PON adalah Agus, 37. Sederet prestasi pernah diraihnya. Mulai pelajar hingga PON. Kini dia menjadi petani dan pelatih sepak takraw di Bawean. ’’Fasilitas dan reward ke atlet masih kurang. Ini harus jadi perhatian PSTI dan pemerintah,” ungkap Agus. (mar/c7/roz)

 ?? UMAR WIRAHADI/JAWA POS ??
UMAR WIRAHADI/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia