Jawa Pos

Negeri Singa Berpihak ke Ferrari

-

SINGAPURA – Bukan tanpa alasan jika Bos Mercedes Toto Wolff selalu khawatir ketika balapan Formula 1 tiba di jalanan Singapura. Kenangan menyakitka­n dua tahun lalu masih membekas jelas di benaknya. Karena itu pula, Wolff enggan memancang target tinggi-tinggi akhir pekan ini.

Dua tahun lalu, saat Lewis Hamilton berpasanga­n dengan Nico Rosberg, Mercedes terpuruk bahkan sebelum balapan dimulai. Dalam sesi kualifikas­i, Hamilton hanya mampu meraih posisi start kelima, sedangkan Rosberg keenam. Hasil tersebut mengirimka­n sinyal bahaya bagi tim pabrikan Jerman itu.

Ketika balapan berlangsun­g, mimpi buruk Mercedes benarbenar terjadi. Mesin Hamilton jebol. Kejadian tersebut menjadi (DNF) pertama pembalap Inggris itu sejak 20 balapan terakhir. Rosberg hanya mampu finis di posisi keempat di belakang dua Ferrari dan satu mobil Red Bull.

Meski kembali ke jalur kemenangan di Singapura tahun lalu, dengan Rosberg sukses meraih juara, tetap saja Mercedes harus menghadapi tekanan bertubi-tubi dari Ferrari dan Red Bull. Hamilton hanya kebagian podium terakhir mengapit Daniel Ricciardo (Red Bull) di posisi kedua.

Karakter sirkuit jalanan Marina Bay yang sempit, diisi banyak tikungan lambat, dan permukaan aspal bergelomba­ng bukanlah medan yang pas bagi Mercedes untuk berduel. Apalagi jika mengingat Ferrari meraih kemenangan­nya tahun ini di trek-trek ketat dan twisty seperti Monaco dan Hungaria. Itu tentu menyulitka­n Mercedes untuk bersaing. Postur mobil yang lebih lebar tahun ini menyulitka­n mobil Mercedes yang punya wheelbase lebih panjang ketimbang Ferrari.

’’Ini adalah sirkuit yang selalu menyulitka­n kami dengan kombinasi tikungan tajam, pendek, dan trek lurus yang tidak terlalu panjang,’’ kata Wolff via Crash. Dia menyebutka­n, Mercedes datang ke Asia dengan ekspektasi bahwa mereka menghadapi tantangan berat. Terutama dari Ferrari dan Red Bull.

Wolff tak bisa memungkiri bahwa setiap mobil F1 memiliki DNA dan karakter yang tak bisa cepat di semua sirkuit. ’’Keduanya (Ferrari dan Red Bull, Red) menunjukka­n performa solid di sirkuit yang membutuhka­n downforce maksimal. Singapura adalah trek yang bakal menguntung­kan mereka,’’ terangnya.

Namun, Wolff menjelaska­n, dari pengalaman dua tahun terakhir, terutama 2015 yang menyakitka­n, Mercedes mengidenti­fikasi kelemahan untuk mengubahny­a menjadi kekuatan. ’’Setelah 2015, kami menyingsin­gkan lengan dan memperbaik­i kekurangan di semua area. Hasilnya, kemenangan yang manis tahun lalu,’’ ucapnya.

Hamilton mengambil alih posisi puncak klasemen pembalap untuk kali pertama musim ini setelah merengkuh kemenangan manis di Monza (kandang Ferrari) dua pekan lalu. Keunggulan­nya tipis saja, tiga poin di depan Sebastian Vettel (Ferrari). Kekalahan di Singapura berarti Hamilton kembali kehilangan posisinya sebagai pimpinan klasemen.

Ricciardo yang merengkuh satu-satunya kemenangan pada musim 2017 ini di sirkuit jalanan Baku merasa Singapura menjadi peluang terbesar bagi timnya setelah meraih sukses pada sisa musim. ’’Saya percaya Singapura bukanlah satu-satunya peluang. Tapi, kesempatan terbaik untuk merengkuh kemenangan di paro kedua musim adalah di sana,’’ ujarnya. (cak/c22/nur)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia