SMA SKS tanpa Kenaikan Kelas
Sehari-hari Banyak Tes Formatif
SURABAYA – Sistem kredit semester (SKS) berlaku di kelas X SMAN 2 Surabaya sejak awal tahun pelajaran 2017–2018. Dengan sistem tersebut, ada kesempatan bagi para siswa untuk bisa menyelesaikan SMA lebih cepat. Untuk dapat melakukannya, mereka harus melalui seluruh unit kegiatan belajar mandiri (UKBM) yang telah disediakan sekolah.
Tim Koordinator SKS SMAN 2 Surabaya Hirman Pratikno menuturkan, program SKS bagi siswa SMA tidak menggunakan ujian tengah semester (UTS) maupun ujian akhir semester (UAS). Nilai ditentukan melalui tes formatif setiap UKBM. ”Satu semester ada tujuh UKBM,” tuturnya kemarin (13/9).
Rata-rata, setiap mata pelajaran terdiri atas tujuh UKBM per semester. Ada sebagian yang hanya enam UKBM. Setelah menyelesaikan seluruh UKBM dalam satu semester, siswa naik kelas secara otomatis.
Ketika menyelesaikan jumlah UKBM yang ditentukan dalam satu semester, itu berarti siswa bisa masuk ke semester berikutnya. Begitu UKBM dua semester bisa diselesaikan dalam satu semester, itu berarti murid tersebut menuntaskan materi lebih cepat.
Menurut dia, dalam peraturan menteri, memang belum ada ulasan mengenai penilaian dalam program SKS. Peraturan itu belum dirancang secara khusus. Meski demikian, sekolah yang menerapkan program SKS diberi kebebasan untuk tidak mengadakan UTS maupun UAS. ”Sebab, penilaian rutin dilakukan dan sangat banyak,” ujarnya.
Dengan begitu, ketika siswa kelas XI dan XII menyelenggarakan UTS dan UAS, siswa kelas X tetap melaksanakan pelajaran seperti biasanya. Sangat mungkin, ada yang sedang menjalani tes formatif di kelas masing-masing.
Pada kelas reguler, guru biasanya memberikan ujian di tengah atau akhir semester. Tujuannya, mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran yang diberikan selama ini. Cara tersebut tidak berlaku di kelas yang menerapkan program SKS. ”Mereka sudah formatif setiap menyelesaikan UKBM. Logikanya, kalau sudah tuntas, kenapa diulang kembali?” imbuhnya.
Sistem penilaian program SKS di SMA menggunakan indeks prestasi (IP) dan indeks prestasi kumulatif (IPK). Namun, IP tidak memengaruhi jumlah mata pelajaran yang bisa diambil peserta didik. ”Sebagai penentu kemampuan siswa saja. Tapi, semua dapat pelajaran yang sama,” katanya.
Tentang pelaksanaan ujian nasional (unas), Hirman mengaku tidak khawatir. Dia menyatakan, soal-soal unas memang mengulang dari materi yang diterima siswa selama ini. Dia yakin kelak para pelajar bisa mengatasinya dengan baik.
Di sisi lain, jumlah siswa yang dapat lulus dalam dua tahun menjadi sorotan utama pihak sekolah. Hingga saat ini, belum bisa dipastikan perkiraan jumlah siswa yang mampu menyelesaikan pendidikan SMA selama dua tahun. Menurut dia, kualitas siswa yang lulus tiga tahun pun lebih baik dari kelas reguler.
Para murid yang menyelesaikan seluruh UKBM dalam dua tahun dapat didaftarkan ikut unas. Sementara itu, yang menyelesaikan dalam 2,5 tahun masih berkesempatan untuk pemantapan materi dan soal-soal. (ant/c16/nda)