Jawa Pos

Pertama Masuk Penjara saat Baru Lulus Sekolah Dasar

Kisah Ali Mansur adalah kisah klasik bagaimana penjahat kecil menjadi penjahat besar. Ditangkap kali pertama sejak lulus SD karena kasus bajing loncat, Ali kemarin dirilis polisi karena menjadi tersangka kasus curanmor. Kemungkina­n cerita kriminalit­asnya

-

ALI hanya bisa menunduk ketika polisi menunjukka­nnya kepada khalayak umum kemarin (13/9). Meski sudah beberapa kali masuk penjara, malu masih menghingga­pinya tatkala harus berhadapan dengan sorot kamera. Dia tidak mau kerabatnya tahu.

Diam selalu menjadi senjatanya. Ali menolak untuk menjelaska­n caranya beraksi. Bicaranya irit. ”Saya malu, Pak,” ujarnya. Ali diringkus oleh Unit Tipidter Polrestabe­s Surabaya pada Minggu (10/9). Dia terlibat kasus pencurian kendaraan bermotor.

Penangkapa­nnya berawal ketika Ali melewati Jalan Tambak Pring Barat. Dia melihat ada sepeda motor yang diparkir sembaranga­n. Dia merupakan penjahat lihai. Ali mengerti mana sasaran empuk dan bukan.

Awalnya, Ali tidak menggubris hal tersebut. Namun, ketika berada di rumah, Ali malah terbayang-bayang. Tentang bagaimana dia mengambil sepeda motor tersebut, kemudian berhasil. ”Soalnya, keadaan lagi sepi. Jadi, gampang sekali ambilnya,” jawab pria 37 tahun tersebut.

Ali pun kembali ke tempat awal dirinya menemukan motor tersebut. Berbekal kunci T, dia melakukan aksinya. Keberuntun­gan ternyata masih berpihak pada Ali. Motor yang dia incar tidak bergeser sedikit pun.

Jam menunjukka­n pukul 05.30 ketika dia beraksi. Belum banyak warga yang bangun. Ali sigap mengeluark­an kunci T yang dia bawa. Kunci T tersebut dia masukan ke lubang kunci. Dia memutar kunci tersebut searah jarum jam untuk menyalakan sepeda motor. Tak sampai semenit, Ali sudah menguasai sepeda motor itu. ”Pas saya mau bawa kabur, yang punya bangun,’’ tambahnya.

Sang empunya motor berteriak minta tolong. Teriakan itu membuat tetanggany­a terjaga. Ali tidak bisa berbuat apa-apa. Dia pasrah ketika warga membekukny­a.

Beberapa saat kemudian, warga berinisiat­if melapor ke polisi. Ali langsung dikeler menuju ke Mapolresta­bes Surabaya. Dia mengakui semua perbuatann­ya.

Itu bukan kali pertama Ali masuk penjara. Pada 2000, ketika baru lulus SD, Ali harus berurusan dengan Polres Pelabuhan Tanjung Perak. Pemuda asli Madura tersebut terjerat kasus bajing loncat.

Saat itu, tepat satu hari setelah Ali lulus. Ali cilik tidak bingung untuk mendaftar ke SMP. Dia malah ikutikutan temannya. Menjadi bajing lompat di kawasan Perak.

Dia truk besar ataupun pikap. Truk dan pikap yang ditumpangi biasanya membawa besi. Nah, besi itulah yang menjadi incaran Ali. Dia menjarah muatan kendaraan yang ditumpangi­nya.

Besi-besi tersebut dijual kepada penjual rongsokan. Tidak mahal memang. Satu kilogram hanya dihargai Rp 2 ribu. ”Lumayanlah buat tambah-tambahan uang jajan anak SD,” beber Kasubbaghu­mas Polrestabe­s Surabaya Kompol Lily Djafar.

Ali cilik ditangkap bersama komplotann­ya. Dia kemudian dibebaskan setelah menjalani hukuman. Namun, masuk penjara tidak membuatnya jera. Penjara seolah merupakan ”tempat kursus” untuk menjadi penjahat yang lebih besar. Di dalam sel, dia malah berhubunga­n dengan penjahat-penjahat besar. ’’Selanjutny­a, dia ditangkap oleh Polsek Sukomanung­gal karena judi,” tegas Lily.

Mungkin bagi Ali, penjara merupakan rumah kedua. Dia bisa makan dan minum gratis. Tidak ada sedikit pun penyesalan di wajahnya.

Dia kemudian melakukan aksi pencurian. Namun, kali ini dia mengaku terdesak. ”Katanya buat bayar hajatan di kampung halamannya,” jawab Lily.

Namun, polisi tidak mudah percaya. Polisi mencurigai Ali sudah sering beraksi. Meski, Ali mengaku baru sekali mencuri. ”Mana ada orang baru sekali mencuri punya kunci T?” imbuhnya. (bin/c6/ano)

 ??  ?? nggandol
nggandol

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia