Jawa Pos

Jangan Sembaranga­n Konsumsi Antibiotik

-

SIDOARJO – Penggunaan antibiotik harus rasional. Dokter memahami hal tersebut. Pasien pun tidak boleh selalu minta antibiotik ketika berobat atau malah mengonsums­i antibiotik sendiri tanpa berkonsult­asi dengan dokter. Hal tersebut sangat berbahaya. Sebab, kuman bisa mengalami resistansi. Bila yang resistan adalah bakteri pasien bisa men derita

( MRSA). Menurut dr Elita Devina SpMK, kasus MRSA merupa kan salah satu di Indo nesia. Penyakit terse but berasal dari bakteri yang telah ber mutasi.

Penanganan penyakit dengan antibiotik biasa tak lagi dapat maksimal. ”Bakteri ini biasanya menurunkan sistem kekebalan tubuh. Karena itu, infeksi pada tubuh lebih parah,” jelasnya kemarin (13/9).

Saat terserang MRSA, luka bakal lebih sulit menutup. Sebab, bakteri mencegah jaringan kembali menyatu. ”Bakteri kan berbentuk bulat, berkumpul seperti anggur dan berwarna kuning keemasan. Jadi, saat kami menemukan nanah yang berwarna tersebut, kami langsung melakukan uji kultur,” ungkap spesialis mikrobiolo­gi RSUD Sidoarjo itu.

Penyakit yang meningkatk­an risiko kematian tersebut tak bisa diremehkan. Sebab, penanganan­nya bakal jauh lebih sulit daripada pengobatan bakteri biasa. Pasien harus menerima terapi dengan penanganan cohorting (dijauhkan dari kontak semampunya).

”Karena itu, jangan sembaranga­n konsumsi antibiotik. Ketika sakit gigi, demam, bahkan sampai batuk, langsung beli antibiotik. Tanpa sadar, itu membuat bakteri seperti Staphyloco­ccus aureus kebal,” paparnya.

Padahal, penyakit seper ti flu tidak memerlukan obat untuk mematikan bakteri. ”Melainkan diberi antivirus. Sebab, flu kan disebabkan karena virus,” lanjutnya. ( bil/ c16/ ai)

 ??  ?? Staphyloco­ccus aureus, Methicilli­n-resistant Staphylo coccus aureus emer ging disease
Staphyloco­ccus aureus, Methicilli­n-resistant Staphylo coccus aureus emer ging disease

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia