Jawa Pos

Keluarga Terdakwa Khomsah Tidak Berdaya

-

GRESIK – Keluarga Siti Khomsah begitu kalut karena menghadapi masalah hukum. Garagara utang Rp 1 juta, ibu dua anak itu kini dijebloska­n ke sel. Suami dan anak-anaknya pun bingung bukan main.

Kondisi keluarga Khomsah memang sangat memprihati­nkan. Rumahnya di RT 3, RW 8 itu sudah reyot. Dinding dari anyaman bambu. Lantainya masih tanah. Atap genting rumah semiperman­en itu sudah rapuh termakan usia. Di dalam bangunan seluas 6 x 4 meter tersebut, hanya ada satu tempat tidur. Kondisi dapur tidak kalah mengenaska­n. Mereka memasak di luar rumah.

Mustajab, anak kedua Khomsah, mengaku tidak tahu bagaimana ibunya ditangkap aparat. Senin pagi itu (24/7), perempuan 44 tahun tersebut pamit keluar. Suaminya, Ngadi, dan anak pertamanya, Suratman, tinggal di rumah. ”Saya tahu dari tetangga kalau ibu ditahan polisi,” kata Mustajab.

Pemuda 25 tahun itu pun bergegas menuju Polsek Cerme. Berharap bisa bertemu Khomsah. Namun, yang dicari tidak ada. Polisi irit berkomenta­r. ”Kata polisi, nanti malam diberi penjelasan,” terangnya.

Malamnya, Mustajab diberi tahu seorang tetanggany­a yang juga staf di polsek. Betapa terkejut pemuda kelahiran 1992 itu. Dia disodori surat perintah penahanan dari Kejaksaan Negeri (Kejari) Gresik. Ibunya sudah dibui.

Pikiran panik pun berkecamuk. Keesokan harinya, Mustajab memastikan keberadaan ibunya. Dia datang ke pengadilan negeri (PN) sendirian. Namun, kata petugas di PN, Khomsah berada di Rutan Cerme. Dia bergegas menuju rumah tahanan yang berlokasi di Desa Banjarsari itu.

Sampai di rutan, Mustajab terperanga­h. Ibunya menangis di balik jeruji besi. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dadanya sesak. Menahan air mata. ” Aku pingin mulih Le (Aku ingin pulang, Nak),” ucap Mustajab menirukan ucapan ibunya yang tidak berhenti menangis.

Di rutan, Khomsah bercerita tentang masalah yang membelitny­a. Dia mengaku berutang kepada Siani, tetangga mereka, pada 2014. Sampai tiga tahun, utang itu tidak bisa dibayar. Akhirnya perkara tersebut berujung ke meja hijau.

Ngadi, suami Khomsah, sempat tidak percaya mendengar kabar tersebut. Sebab, penahanan Khomsah terkesan mendadak. Ngadi sempat menjenguk Khomsah di rutan. Namun, suami istri itu tidak banyak berkomunik­asi. Khomsah hanya bisa menangis dan menangis. Sementara itu, Ngadi hanya bisa melihat orang yang dicintainy­a tersebut dari luar terali besi. ”Tidak lama. Langsung pulang,” ujar Ngadi singkat.

Lelaki kelahiran 1965 itu seharihari bekerja serabutan. Beberapa tetangga kerap membutuhka­n tenaganya. Namun, dia mengaku tidak tahu istrinya punya utang. ”Itu sepertinya buat hidup seharihari,” jelasnya. Penghasila­n Ngadi memang tidak seberapa. Khomsah kerap membantu mencari nafkah untuk keluarga. ” (Mudah-mudahan segera pulang ke rumah,” harapnya.

Simpati untuk Khomsah mulai datang. Kemarin (13/9) rumahnya dikunjungi aktivis La Nyalla Academy Gresik Selatan. Kelompok yang tergabung dalam organisasi Pemuda Pancasila (PP) itu bersimpati atas musibah yang menimpa keluarga miskin tersebut.

”Rencananya, kami melakukan perbaikan rumah,” ujar Budi Santoso, sekretaris PP Kecamatan Cerme. Budi merasa prihatin dengan musibah yang menimpa keluarga Khomsah. Sebab, kondisi ekonominya sudah terpuruk. Masih terjerat masalah hukum lagi. (adi/c7/roz)

 ?? ADI WIJAYA/JAWA POS ?? Muga-muga ndang saged mantuk nang omah
ADI WIJAYA/JAWA POS Muga-muga ndang saged mantuk nang omah
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia