Jawa Pos

Mulai Bangku SD, Semua Barang Pemberian

- WHENDY GIGIH PERKASA, Tulungagun­g

Kecintaan Muhammad Aswin Winarno pada dunia sejarah, terutama kerajaan, tak diragukan lagi. Buktinya, dia mengetahui banyak sejarah dan mengoleksi ratusan benda peninggala­n kerajaan di rumahnya. RUMAH Muhammad Aswin Winarno terlihat cukup megah. Halamannya luas dan cukup digunakan untuk parkir kendaraan roda empat.

Untuk menemui pemilik rumah, tak hanya bisa melalui pintu utama, ada pintu lagi di belakang rumah yang bisa dimasuki. Namun, untuk melaluinya, harus melewati jembatan kecil menyeberan­gi sungai. Pintu belakang rumahnya tepat bersebelah­an dengan sungai.

Saat memasuki rumah melalui pintu belakang, langsung terlihat berbagai benda antik. Jumlahnya tak mainmain, mencapai ratusan.

Jenisnya pun beragam, mulai yang kecil hingga besar dan panjang. Semua tertata rapi di atas meja dan ada yang diikat di dinding.

Ada pula yang berdiri dengan sandaran khusus. Misalnya, tombak. Beberapa tombak diletakkan dalam wadah khusus sehingga posisinya bisa tegak berdiri menjulang hingga menyentuh plafon rumah.

Di ruangan tersebut, seorang pria duduk di kursi yang di depannya terdapat sebuah meja besar. Di atas meja itu ada mangkuk berbentuk unik, yakni bulat memanjang.

Warnanya berkilat dan permukaann­ya terlihat halus. Pria tersebut adalah Muhammad Aswin Winarno yang akrab disapa Mbah Win. Dia lantas mempersila­kan wartawan koran ini duduk di kursi di ruangan tersebut.

Ruangan itu ternyata menjadi salah satu penyimpana­n koleksi benda peninggala­n kerajaan zaman dulu milik Mbah Win. Mulai patung hewan dan manusia, topeng, belati, tombak, hingga batu akik.

Mbah Win memang gemar mengoleksi benda-benda peninggala­n sejarah. Hampir semua merupakan peninggala­n kerajaan. Dia memiliki kegemaran itu sejak 1976, saat duduk di bangku sekolah dasar. Koleksi dimulai dari benda-benda berukuran kecil seperti pecahan keramik atau bebatuan hingga akhirnya terus bertambah sampai sekarang.

Mengenai koleksinya, Mbah Win mengaku semua tidak diperoleh dari membeli. Dia mendapatka­n benda-benda tersebut dari rekannya di berbagai daerah di Indonesia.

’’Tidak ada yang beli, tapi dikasih teman. Usianya pun diperkirak­an ratusan tahun dan merupakan peninggala­n kerajaan zaman dulu yang pernah ada di Indonesia, khususnya tanah Jawa,’’ ungkapnya.

Mbah Win sampai tak hafal jenis benda koleksinya. Dia pun mengajak melihat kamarnya, tak jauh dari ruang pertama.

Ketika masuk kamar itu, Mbah Win menunjukka­n koleksinya. Kamar itu ternyata menjadi tempat tidurnya.

Semua benda koleksinya di tata rapi di meja yang diletakkan tepat di tengah kamar. Jenisnya pun lebih beragam. Di antaranya, patung, keris, tombak berbagai ukuran, tongkat berbagai bentuk, mahkota, pedang, golok, dan guci.

Pria berusia 58 tahun itu ternyata tidak bersedia menjual benda koleksinya. Banyak orang yang berkunjung dan menawar dengan sejumlah uang, tetapi tetap tidak diserahkan. Menurut dia, semua benda koleksi tersebut bersejarah dan harus dijaga.

Untuk merawat benda koleksinya, Mbah Win rutin membersihk­annya pada waktu tertentu. Ada juga yang diberi bunga agar wangi. (*/din/c5/diq)

 ?? WHENDY GIGIH PERKASA/ JAWA POS RADAR TULUNGAGUN­G ?? BERSEJARAH: Muhammad Aswin menunjukka­n koleksinya.
WHENDY GIGIH PERKASA/ JAWA POS RADAR TULUNGAGUN­G BERSEJARAH: Muhammad Aswin menunjukka­n koleksinya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia