Wajah Hafizh Pulih Sebulan Lagi
SURABAYA – Wajah Muhammad Hafizh Ahza Ibad, bocah yang memiliki atau tanda lahir di sebagian wajahnya, sudah tidak tertutup perban. Luka bekas operasi di wajah bagian kiri itu terlihat kering
Benang-benang tipis yang digunakan untuk menjahit juga tidak tampak. Termasuk darah kering yang sempat menempel di pipinya. Semua sudah dibersihkan dr Bambang Wicaksono SpBP-RE dan timnya di ruang operasi no 8 RSAL dr Ramelan kemarin (19/9).
Pembersihan itu dilangsungkan dalam kondisi steril di kamar operasi. Hafizh harus dibius agar tindakan bisa berjalan dengan baik. Sebab, dia meronta ketika mulai masuk ke ruang transisi untuk menjalani operasi. Tubuh mungilnya berpegang erat pada baju sang ayah, Mustiamin, yang juga anggota TNI-AD.
Beberapa petugas pun terpaksa membantu memegangi Hafizh agar tidak banyak berontak. Padahal, saat masih menunggu giliran untuk masuk, Hafizh tampak diam. Sejak mau dibawa ke sini tadi langsung anteng. Kayaknya mengerti kalau dilakukan tindakan lagi,’’ katanya.
Malam sebelumnya bocah berusia dua tahun itu tidak bisa tidur nyenyak. Meski tidur mulai pukul 22.00, hampir setiap jam Hafizh terbangun dan mengigau. Tangannya tidak jarang menggaruk luka bekas operasi di wajah dan kakinya yang masih terbungkus perban.
Pukul 08.00 Hafizh masuk ke ruang transisi. Tangisnya menggema begitu sang ayah meninggalkannya. Pembiusan pun harus kembali dilakukan. Karena hanya melakukan pembersihan dan pengangkatan benang jahitan, dokter menggunakan bius hirup.
Pelepasan jahitan dimulai pukul 08.10. Selama 30 menit tim dokter mengutak-atik wajah Hafizh. Krusta langsung terlihat begitu perban di wajah bungsu dua bersaudara itu dibuka. Krusta merupakan kumpulan cairan yang mengering di atas permukaan kulit yang terluka. Cairan tersebut bisa berasal dari darah, nanah, maupun obat.
Untuk bisa mempercepat kesembuhan, krusta harus dibersihkan. Dengan hati-hati, tim dokter RSAL dr Ramelan membersihkannya dengan menggunakan pinset. Salep antibiotik sesekali dioleskan ke bagian krusta yang sudah mengering agar lembap. Dengan begitu, pembersihan pun jadi lebih mudah.
Bambang ketika itu dibantu seorang asisten. Setelah bersih, benang jahitan mulai terlihat. Secara telaten, tim dokter mulai melepasnya satu per satu. Sembari terus melepaskan krusta yang belum bersih. Semua kulit yang kami tempelkan hidup. Graft- nya juga sudah menyatu dengan kulit wajah,’’ tutur Bambang.
Kulit paha kiri Hafizh yang diambil untuk menambal bagian pipi pun sudah mengering. Tinggal luka di paha kanan yang masih tampak basah. Penyembuhannya belum sempurna. Perban pun kembali dipasang di bagian tersebut.
Sementara itu, dua bagian lainnya tetap dibiarkan terbuka. Jika kembali ditutup, luka justru akan lembap sehingga sembuh lebih lama. Warna kulit itu pun masih beragam. Sekitar sebulan lagi warnanya baru bisa merata.
Hafizh langsung sadar ketika masker bius diambil dari hidungnya. Panggilan kepada sang ayah menggema di dalam ruang operasi. Tangisnya langsung berhenti saat sang ayah menggendongnya di recovery room. Tidak lebih dari 30 menit, penggemar Upin Ipin itu diperbolehkan kembali ke kamarnya di ruang rawat inap I.
Karena hanya menggunakan bius hirup, kesadaran Hafizh langsung pulih saat kembali ke kamar. Rasa lapar yang ditahan sejak 12 jam pun tidak lagi dapat dibendung. Segelas air mineral, sepotong tahu, dan lima potong wafer disantap dengan begitu lahap.
Kini tanda lahir yang tersisa tinggal di dahi, leher, dan telinga. Untuk membersihkannya, akan dilakukan dua tahap lagi. Dahi dan leher akan dibersihkan dalam kurun waktu tiga hingga empat bulan mendatang. Adapun bagian telinga akan dibersihkan dengan menggunakan teknik laser saat psikologis Hafizh sudah siap. (dwi/c15/git)