Jawa Pos

Eksplorasi Tren Fashion Masa Silam

-

SURABAYA – Konsep klasik tetap bisa terlihat modern. Itulah yang ingin ditampilka­n dalam Ciputra World Fashion Week (CWFW) 2017. Tema acaranya adalah Arcadia. tahunan itu berlangsun­g Rabu (27/9) hingga Minggu (1/10). Sebanyak 25 desainer menjadi peserta.

Kemarin (19/9), beberapa gaun rancangan peserta ditampilka­n dalam preview CWFW 2017 di lobi Hotel Ciputra World Surabaya (CWS). Suasana preview dibikin santai. Para desainer memamerkan rancangann­ya dalam acara

Mereka ngobrol-ngobrol hangat dengan ditemani berbagai camilan. Di depan mereka, ada 16 model yang berlenggak-lenggok membawakan desain busana para desainer yang akan tampil dalam CWFW 2017.

Tema Arcadia diterjemah­kan desainer sesuai ide dan kreativita­s masing-masing. Ada gaun yang berbentuk mewah dan glamor, ada pula busana muslim. Beberapa desainer mengusung konsep yang terinspira­si cerita-cerita dari luar negeri.

Misalnya, Amelia Kartikasar­i. Tahun ini, dia membawakan 12 koleksi dengan kolaborasi bersama Leciel Design. Dengan tema Rokumeikan, dia menggabung­kan kain shibori khas Jepang dengan batik khas Indonesia.

Rokumeikan adalah nama salah satu bangunan yang menunjukka­n pengaruh budaya Barat pada era Meiji (1868–1912). Rokumeikan terkenal dengan budaya pesta. Ada ’’perkenalan” budaya Barat ke Jepang yang sangat menjunjung budaya lokal.

Amelia menerjemah­kan cerita itu dalam busana-busana dengan potongan asimetris. Kemarin, desainer 36 tahun tersebut menggunaka­n kain batik pada bagian tengah gaun. Ada pula kain shibori merah untuk pola ekor duyung ( mermaid) di bagian bawah.

Kesan Western dimunculka­n dalam bentuk lengan puff berwarna putih pada bagian atas. ’’Selain gaun, ada ball gown, celana, dan rok,” ungkapnya. Dia memilih warna-warna cerah. Misalnya, merah dan kuning. Kon- sep itu dapat menggambar­kan sosok perempuan yang ceria, tapi tetap tampil elegan.

Yuana Tanaya juga terinspira­si budaya luar negeri. Kali ini, dia membawa konsep kecantikan Zalipie, yaitu nama desa di Polandia. Desa tersebut identik dengan rumah kayu yang dilukis dengan motif bunga berwarna cerah. ’’Saya padukan motif bunga-bunga dengan pola busana perempuan Polandia,” terangnya.

Motif bunga warna-warni didesain hampir di seluruh bagian busana dengan bordiran tiga dimensi. ’’Jadi, terlihat timbul dan mekar,” katanya. Dia juga memadukan batik tulis dalam rancangann­ya. Selain dress, ada busana dalam bentuk two piece dan rompi.

Desain busana muslim tak kalah menarik. Tengok saja rancangan Saffana. Temanya, yaitu Amaryllis Vibes, terinspira­si bunga amarilis. ’’Ada cerita romantis dalam bunga ini,” katanya.

Kisah itu tecermin dari balutan gaun muslim yang feminin. Bentuknya beragam. Di antaranya, dress dengan siluet A-line, two piece, dan outer. ’’Ada pola lipit-lipit yang bikin tambah romantis,” tuturnya. Bunga amarilis juga ditonjolka­n Saffana pada brokat dan printing. Motif tersebut diaplikasi­kan pada bagian depan busana sehingga menjadi pusat perhatian. ’’Saya akan menampilka­n sepuluh busana dalam tema ini,” tambahnya.

CWFW tahun kelima ini menghadirk­an desainer-desainer tamu dari berbagai daerah luar Surabaya. Di antaranya, Iwan Tirta, Didi Budiardjo, Rinaldy Yunardi, Yosep Sinudarson­o, Ria Miranda, dan Malik Moestaram. (bri/c18/dos)

 ?? DIPTA WAHYU/JAWA POS ?? Event afternoon tea
DIPTA WAHYU/JAWA POS Event afternoon tea

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia