Perupa JatimTembus Beijing Biennale
SURABAYA – Perupa Joni Ramlan sukses menembus seleksi ketat Beijing International Art Biennale (Beijing Biennale) 2017. Tiga lukisan Joni akan dipamerkan bersama sekitar 700 karya perupa dari 103 negara di National Art Museum of China pada 24 September–15 Oktober.
Selain Joni, dari Indonesia terpilih karya 17 perupa. Yakni, Nasirun, Ivan Sagita, Made Wianta, Nyoman Nuarta, Chusin Setiadikara, Mangu Putra, Camelia Hasibuan, Putu Edy Asmara, Erizal, Sigit Santoso, Gatot Indrajati, Yince Djuwidja, Johan Abe, Ugy Sugiarto, Januri, Made Gede Paramahita, dan Eddy Asmara. Joni merupakan satu-satunya perupa asal Jawa Timur (Jatim) yang lolos dalam event seni rupa tingkat dunia dua tahunan tersebut.
’’Alhamdulillah, tiga karya saya masuk semua. Kalau perupa lain, ada yang satu, ada yang dua karya,’’ ujar Joni ketika bertamu di rumah Dahlan Iskan Senin (18/9).
Tiga lukisan perupa asal Mojosari, Mojokerto, tersebut adalah Golden Moment, Two Harmonious Culture, dan Village of Two Culture. Tiga karya itu berukuran cukup besar, mulai 1,4 x 2,6 meter hingga 2 x 2,5 meter. Dia menggunakan cat minyak dan akrilik di atas kanvas.
Joni menegaskan, dirinya tidak bisa mengategorikan karyanya beraliran tertentu. ’’Dalam melukis, saya mengalir saja. Karena itu, style lukisan saya terus berubah mengikuti perkembangan seni rupa,’’ jelas pelukis 47 tahun tersebut.
Bagi Joni, keikutsertaan dalam Beijing Biennale itu merupakan kali pertama. Meski begitu, dia termasuk pelukis yang cukup sering mengikuti pameran internasional seperti di Taiwan, Korea, Malaysia, dan Singapura.
Menurut rencana, Joni bersama 17 perupa Indonesia lainnya berada di Beijing pada 22–27 September. Mereka difasilitasi ICAA (Indonesia-China Art Association). ’’Kami diundang untuk mengikuti pembukaan biennale pada 24 September nanti. Pasti ini merupakan momen penting karena bisa bertemu dengan para perupa dari seluruh dunia,’’, katanya.y
Sebagaimana diketahui, Beijing Biennale 2017 menampilkan sekitar 700 karya seni rupa terpilih –lukisan, patung, instalasi, new media– dari 300 perupa yang berasal dari 103 negara. Karya-karya itu diseleksi dari 7 ribu karya yang didaftarkan ke panitia. Seleksi dilakukan tiga bulan silam dalam dua tahapan yang ketat. Tahap pertama melalui kurator Indonesia, Kuss Indarto. Setelah itu, karya yang lolos seleksi tahap pertama dipilih lagi oleh kurator utama Beijing Biennale 2017.
Karya perupa Indonesia satu ruangan dengan karya perupa Yunani, Georgia (Amerika Serikat), dan Mongolia di special exhibition room. ’’Ini menunjukkan karya-karya perupa kita makin diperhitungkan di tingkat dunia,’’ ungkap bapak tiga anak itu.
Joni berharap keikutse rtaannya dalam Beijing Biennale 2017 bisa menginspirasi bagi para perupa di Jatim. ’’Boleh lah kita tinggal di daerah, tapi wawasan kita harus global. Biar kita tidak mandek dalam berkarya maupun mengembangkan jaringan,’’ tuturnya. ( c14/ari)