Gas Tiung Biru Mulai Mengalir pada 2021
JAKARTA – Proyek unitisasi lapangan gas Jambaran Tiung Biru ( JTB) di Bojonegoro akan mulai berproduksi pada 2021. Proyek strategis nasional (PSN) itu diproyeksikan mampu menambah penerimaan negara USD 3,61 miliar (Rp 48 triliun) hingga kontraknya berakhir pada 2035. Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina EP Cepu (PEPC), menggelontorkan investasi senilai USD 1,547 miliar untuk proyek tersebut.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi mengungkapkan, seluruh produksi gas dari lapangan JTB akan digunakan untuk kebutuhan dalam negeri. ’’Alokasi sebesar 100 mmscfd akan dialirkan ke PLN untuk kebutuhan listrik di Jawa Timur dan Jawa Tengah,” ujarnya kemarin (25/9).
Selain itu, sebanyak 72 mmscfd digunakan untuk memasok kebutuhan industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Harga gas yang disepakati di kepala sumur sebesar USD 6,7 per juta British thermal unit (mmbtu) flat selama 30 tahun.
Ditambah biaya penggunaan pipa ( toll fee) sebesar USD 0,9 per mmbtu, harga gas setelah sampai di pembangkit listrik PLN menjadi USD 7,6 per mmbtu. ’’Selama ini pemakai gas pipa domestik terbesar berasal dari industri. Sejak 2013, alokasi domestik sudah lebih besar daripada ekspor,” imbuh mantan komisioner KPK tersebut.
SKK Migas mencatat, pada 2017, kontrak gas domestik mencapai 3.855 mmscfd. Sedangkan ekspor mencapai 2.618 mmscfd. Proyek dengan cadangan gas sebesar 2,5 triliun kaki kubik (TCF) itu memiliki kandungan karbon dioksida sebesar 34 persen.
Lapangan Tiung Biru juga memiliki fasilitas pemrosesan gas berkapasitas 330 mmscfd dan produksi gas jual 172 mmscfd. Pengeboran akan dilakukan Rekayasa Industri (Rekind) dan PT Japan Gas Corporation.
Pada Januari lalu, Kementerian ESDM memerintah Pertamina untuk mengembangkan secara penuh lapangan JTB dan me- nyelesaikan proses pengalihan lapangan dengan skema businessto-business dengan ExxonMobil Cepu Limited. Exxon melepas Tiung Biru karena harga jualnya dinilai tidak efisien. Exxon sebelumnya menawarkan harga gas dari JTB senilai USD 9 per mmbtu.
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik menyatakan, Pertamina terus menuntaskan ne- gosiasi pengalihan hak partisipasi dalam pengembangan JTB. Saat ini, Pertamina masih memiliki hak partisipasi (PI) 45 persen.
Pascaalih kelola, Pertamina akan menguasai PI hingga 91 persen dan sisanya 9 persen dimiliki badan usaha milik daerah (BUMD). Unitisasi lapangan tersebut sekaligus mempercepat utilisasi pipa transmisi gas Gresik–Semarang. ’’Pemanfaatan gas bisa diperluas sehingga proyek-proyek yang sempat tertunda dan keekonomiannya diragukan akan kembali berjalan satu per satu,” imbuhnya.
Pertamina melalui anak perusahaannya, PT Pertamina Gas (Pertagas), tengah menyelesaikan pembangunan pipa Gresik–S_emarang sepanjang 267 km dengan nilai investasi sekitar USD 515,7 juta atau Rp 7 triliun. ”Proyek ini akan onstream pada pertengahan 2018,” terang Elia. (vir/dee/c17/noe)