Jakarta-Probolinggo Lewat Tol Mulai 2019
Presiden Buka Tol Bawen–Salatiga
SALATIGA – Penambahan 1.800 kilometer jalan tol hingga 2019 sudah di depan mata. Satu per satu ruas tol trans-Jawa maupun transSumatera diselesaikan. Yang terbaru, kemarin (25/9) Presiden Joko Widodo meresmikan ruas tol Bawen– Salatiga sepanjang 17,6 km.
Penyelesaian ruas tol Bawen– Salatiga membuat presiden yakin bahwa pada akhir 2019 ruas tol bisa menyambung hingga Banyuwangi. ”Pada akhir 2018, ruas utama tol trans-Jawa rampung, mulai Jakarta hingga Surabaya,’’ terang Jokowi.
Presiden mengakui, pembebasan lahan masih menjadi kendala utama dalam pembangunan jalan tol. Masih banyak warga yang enggan melepas tanahnya untuk pembangunan tol. Padahal, benefit- nya bisa dibilang tinggi. Selain biaya logistik berkurang karena akses semakin mudah, harga properti di sekitar tol bakal merangkak naik karena menjadi wilayah penopang.
Kondisi itulah yang menurut Jokowi membuat Indonesia tertinggal dari negara-negara lain dalam hal pembangunan tol. Tiongkok, misalnya, mampu membangun 4.000 km jalan tol per tahun. ’’Kuncinya sudah ketemu. Konstruksi tidak akan menjadi masalah, asalkan tanahnya bebas,’’ lanjut mantan wali kota Solo tersebut.
Karena itu, tiga tahun lalu Jokowi tidak ragu menetapkan target penambahan ruas tol sepanjang 1.200 km dalam tempo lima tahun. Namun, dalam perkembangannya, kondisi lapangan berubah. ’’Diperkirakan, hingga akhir 2019 kita bisa menambah 1.800 kilometer,’’ tuturnya. Pekerjaan dikebut siang dan malam sehingga sejumlah ruas tol bisa selesai lebih cepat dari jadwal.
Jokowi juga sudah meminta menteri BUMN untuk tidak me- nahan kepemilikan tol. Lebih baik tol yang dimiliki pemerintah saat ini dikonsesikan kepada swasta dalam jangka panjang. Dana segar yang diperoleh bisa digunakan untuk membangun tol baru.
Sementara itu, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjelaskan, pihaknya masih memiliki pekerjaan rumah tujuh ruas tol untuk target 2018. Yakni, Pejagan–Pemalang, Pemalang–Batang, Batang–Semarang, Salatiga–Solo, Solo–Ngawi, Ngawi–Kertosono, plus Surabaya–Probolinggo. ’’Kita berharap bisa beroperasi penuh pada akhir 2018,’’ terangnya.
Sebagai contoh, untuk tol Salatiga–Semarang, saat ini progres pembangunannya masih mencapai 27 persen. Pembebasan lahannya sekitar 99 persen. Dengan teknologi yang ada, setiap hari pembetonan bisa dilakukan sepanjang 300 meter dengan lebar 8 meter. ’’Dengan begitu, 32 kilometer (Salatiga–Solo) bisa diselesaikan tiga bulan,’’ lanjutnya.
Basuki menambahkan, saat ini pengerjaan ruas Salatiga–Solo sudah memasuki tahap land clearing atau pembersihan lahan. Setelah selesai, pembangunan drainase, irigasi, dan underpass akan dikejar. ”Strukturnya selesaikan, baru werrr...,” kata alumnus Universitas Gadjah Mada itu.
Pembangunan besar-besaran tersebut, lanjut Basuki, sempat membuat Jawa Tengah kehabisan stok batu split yang menjadi bahan baku beton cor. Pihak kontraktor pun akhirnya ’’mengimpor” batu split dari Bojonegara, Cilegon, dan Banten. (byu/and/c7/ang)
Kuncinya sudah ketemu. Konstruksi tidak akan menjadi masalah, asalkan tanahnya bebas.’’ PRESIDEN JOKO WIDODO