Berdayakan Dokter Cilik untuk Penyuluhan
TAK jauh beda dengan SMPN 6 Sidoarjo, SD Islam Kreatif Mutiara Anak Sholeh Sukodono juga fokus menonjolkan siswanya untuk menginspirasi temannya. Salah satunya lewat dokter cilik yang ada di sekolah.
Total ada empat dokter cilik di sana. Dokter cilik tersebut berasal dari siswa kelas V. Para guru yang menyeleksi mereka. Ada tes sebelumnya. Misalnya, tes membuat poster, apa dan bagaimana makanan sehat itu, dan tes pengetahuan tentang kesehatan.
Saat dokter cilik tersebut terpilih, mereka bebas memilih asisten. Jadi, total ada empat asisten. Empat dokter cilik dan empat asistennya itu punya tugas beragam. Di antaranya, setiap Jumat pagi, mereka bergantian memimpin senam bersama seluruh siswa. Mereka menjadi instruktur senam. Pada hari yang sama, mereka mengkoordinasi pengumpulan sampah dalam bank sampah sekolah.
Setiap bulan, mereka bertanggung jawab untuk membuat majalah dinding sekolah. Kontennya tak jauh dari kesehatan dan kebersihan. ”Bulan lalu mereka membuat mading dengan tema sarapan sehat. Nah, pada bulan ini, tema yang mereka angkat tentang tanaman toga,” kata Wakil Kepala bagian Kesiswaan SDI Kreatif Mutiara Anak Sholeh Nanik Pristiwanti. Setiap bulan, mading tersebut selalu berganti tema.
Selain itu, para dokter rutin memberikan penyuluhan kepada temannya. Biasanya, mereka memanfaatkan waktu senggang atau pergantian jam pelajaran untuk berkeliling kelas. Menyampaikan berbagai hal tentang kebersihan dan kesehatan. Misalnya, mengajak makan makanan sehat.
Tak ketinggalan, mereka menyampaikan cara mengetahui makanan sehat. Bahkan juga disampaikan detail kandungan dari makanan tertentu. ”Mereka juga membantu pengecekan kesehatan,” kata Nanik. Misalnya, pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan.
Selain itu, inspirasi lainnya dari SDI Kreatif Mutiara Anak Sholeh adalah ajakan gemar menulis. Ajakan tersebut digelorakan para guru maupun siswa. Guru memberikan contoh menulis kepada siswa. Nah, pada Oktober mendatang, kumpulan tulisan para guru tersebut akan dijadikan buku. ”Ada 30 guru. Jadi nanti minimal ada 30 tulisan di buku tersebut,” ujar Adining Widya, wali kelas V-A.
Siswa pun tak kalah. Siswa diminta rajin menulis lantas mengumpulkan kepada guru mereka. Kumpulan tulisan terbaik mereka juga dijadikan buku. Ada juga yang berupa komik buatan siswa. ”Jadi yang belum lolos tulisannya, bisa terus menulis biar jadi buku juga,” imbau Hasyim Asy’ari, salah seorang guru. (uzi/c21/ai)