SUKA - SUKA GABUNG POTONGAN GAMBAR
Karya Spesial Seni Kolase
SURABAYA – Memotong, padu padan, lantas menempel kertas di atas permukaan kertas polos. Itulah proses seni kolase. As simple
as that, tapi hasilnya menarik perhatian. Meski bentuknya sukasuka, kreativitas pembuatnya diuji. Misalnya yang dilakukan Abduh Rafif Taufani kemarin (25/9).
Rafif mengaku mulai menekuni seni kolase dua tahun lalu. Bagi dia, seni kolase memberikan efek kejutan saat melihat hasilnya. Po- tongan-potongan kertas dengan aneka bentuk dapat berubah menjadi karya yang menarik. ’’Pengin bentuk apa pada awalnya. Bisa jadi berubah di akhirnya,’’ ungkap pria 21 tahun tersebut. Tapi, itulah bagian yang dicari pembuat karya kolase.
Rafif sering menggunakan potongan kertas majalah. Alasannya, tampilan kertas majalah mengilap. Banyak pilihan warnanya. Ter- masuk warna mencolok dan terang.
Dengan begitu, kolase yang terbentuk lebih menarik. Tidak ada jenis majalah khusus yang digunakan Rafif. Kalau dianggap menarik, ya langsung digunakan. Untuk mendapatkannya, dia berburu majalah di pasar buku. ’’Saya mencari warna dan pattern yang pas,’’ tambahnya.
Saat membuat kolase, ide-ide Rafif liar. Dia tidak terpaku dalam satu bentuk maupun tema khusus. Dia mengumpulkan kertas-kertas dari berbagai
majalah. Setelah itu, Rafif menggunting bagian yang dianggap menarik. Nah, potongan-potongan itu dikumpulkan menjadi satu bagian. Jumlah potongan pun disesuaikan dengan kepuasan pembuatnya. Dalam satu karya kolase, Rafif dapat menggunakan 3 hingga 40 potongan kertas. Bergantung ukuran yang akan dibentuk. Potongan-potongan itu disatukan sesuai dengan bentuk karya yang akan diciptakan. Misalnya, dia ingin membuat cerita lipstik dan perempuan. Rafif menggunakan potongan foto perempuan dari majalah A, background oranye dari potongan kertas majalah B, dan potongan tangan dari majalah lain. Ada pula tambahan potongan gambar lipstik dari majalah yang berbeda. ’’Ini masih dalam bentuk kecil, hanya butuh empat potongan,’’ ungkap pria kelahiran Surabaya, 6 Oktober 1996, tersebut.
Bentuk lain, kolase putri duyung. Tak ingin karyanya begitu-begitu saja, Rafif menggunakan potongan gambar kucing pada bagian atas. Di bagian bawahnya, dia memakai potongan gambar ekor ikan. Ada tambahan gambar seikat bunga mawar di atas kepala kucing. ’’Suka-suka bentuknya,’’ tutur penyuka warna cerah itu.
Karya seni kolase tersebut, menurut dia, dapat dijadikan kado spesial. Sebab, bentuk dan rangkaian warnanya terbatas. Selain untuk kado, seni kolase dapat digunakan sebagai pemanis ruangan. Hasil kolase dimasukkan ke pigura kaca, lantas dipajang di ruangan. ’’Kalau saya jadikan koleksi juga banyak, dipajang di kamar,’’ ujar pembuat kolase dengan ciri khas tabrak warna tersebut.
Saat ini Rafif bergabung dengan komunitas kolase di Indonesia. Dari komunitas itu, dia dapat belajar tentang teknik-teknik membuat seni kolase. Cara-cara memadukan warna-warna yang menarik itu diperoleh dari sana.
Satu karya kolase memungkinkan dikerjakan lebih dari seorang pembuat. Bahkan, komunitas kolase Indonesia membuat karya secara estafet. Potongan pertama disalurkan ke pembuat kedua. Begitu seterusnya sesuai dengan aturan yang berlaku. Kegiatan tersebut mereka selenggarakan secara rutin. ’’Seru saja. Jadi, kita nggak tahu bentuk apa yang kita dapat,’’ katanya. (bri/c19/nda)