Ingin Dipotret ketika Cangkruk di Warung Kopi
Ada istilah yang sudah kondang setidaknya dalam satu dekade terakhir. Jika Anda tahu sepeda, Anda pasti tahu siapa itu Jens Voigt. Kemarin sekitar 50 cyclist merasakan pengalaman istimewa, ditarik seorang mantan super domestique papan atas sekaliber Voigt
SESAMPAI di pendapa Desa Trawas yang menjadi lokasi finis Trek Century Ride 2017 kemarin, Voigt tersenyum lebar
Dia lantas berdiri tegap melihat pemandangan sekitarnya yang indah. Hutan dengan penuh pohon cemara.
”Rutenya fantastis. Pemandangan cantik. Tidak ada di Jerman. Di Eropa, jika ingin mendapatkan rute seperti ini, harus pergi ke Spanyol Selatan atau Italia Selatan,” ucap Voigt kepada Jawa Pos.
Pembalap kelahiran 17 September 1971 tersebut juga mengaku tertarik saat melihat Pabrik Gula Tulangan dengan bangunannya yang kuno peninggalan Belanda. ”Ada pemandangan perkotaan, lalu berlanjut tanjakan dengan pemandangan indah pedesaan. Seperti melewati dua dunia yang berbeda,” tambahnya.
Sebelum mengikuti Gran Fondo Jawa Pos (GFJP) Suramadu 2017 pagi ini, kemarin Voigt bersama 50 cyclist pengguna sepeda Trek dari seluruh Indonesia memang lebih dulu melahap rute Surabaya–Jatijejer, Mojokerto, pulang-pergi.
Saat masih aktif sebagai pembalap profesional, Voigt terkenal sebagai super-domestique alias tukang tarik yang pekerja keras dan tidak kenal lelah. Dia adalah workhorse alias kuda penarik andalan sekaligus loyal untuk leader di tim dalam 17 tahun karirnya di dunia sepeda.
Kemarin para cyclist yang mengikuti Trek Century Ride punya kesempatan ditarik langsung oleh pembalap yang punya panggilan akrab Jensie tersebut. Start dari Hotel Mercure, Surabaya, Voigt memang terus berada di barisan terdepan rombongan.
Memasuki Desa Sekargadung, Pungging, Mojokerto, yang jalanannya mulai rolling, naik-turun, Voigt juga masih terus di depan. Tanjakan yang semakin menantang ketika memasuki wilayah Jalan Raya Trawas, Jatijejer, juga tidak membuatnya kendur. ”Ternyata sama sekali tidak mudah. Kalau sudah naik, ya tidak ada istilah kembali,” ujarnya.
Sebagaimana diduga, juara dua kali etape Tour de France dan satu kali Giro d’Italia itu finis paling depan bersama dua pembalap profesional Indonesia, yakni Nandra Eko Wahyudi dan Robin Manulang dari United Bike Kencana, yang ikut ambil bagian pada acara kemarin. Menariknya, sifat Voigt yang humoris dan asyik tertangkap oleh Nandra pada akhir-akhir kilometer saat tanjakan makin curam.
Nandra bercerita, Voigt tiba-tiba bertanya tentang heart race- nya di tengah tanjakan. ”Biasanya kalau sudah tanya gitu, berarti dia sudah mentok,” ucap Nandra, lantas tertawa.
Meski selalu berada di barisan terdepan, Voigt memang mengakui tanjakan Jatijejer cukup menantang. ”Sepanjang tanjakan, saya terus berkata ’ shut up legs!, shut up legs!’,” ucap pembalap asal Jerman tersebut, lalu tertawa.
Ungkapan ” shut up legs!” (diam kau kaki) merupakan quote Voigt yang sangat melegenda. Tujuannya, menyemangati diri sendiri sejak Voigt masih aktif sebagai pembalap profesional. ”Biasanya saya mengatakan itu 5–6 kali dalam setahun. Kalau lebih dari itu, rasanya tidak akan manjur,” ungkapnya, lantas tertawa.
Dasar asalnya seorang tukang tarik, setelah finis, tenaga pria 46 tahun tersebut belum juga habis. Ditemani cyclist asal Surabaya John Boemihardjo, dia meminta diantar beberapa kilometer lagi menuju bukit yang lebih tinggi untuk mendapat view paling indah untuk berfoto.
John menceritakan, awalnya Voigt memang hanya ingin berfoto dengan background pegunungan wilayah Trawas. Namun, sesuatu mencuri perhatiannya. Tapi bukan hal yang mewah. ”Dia ingin masuk warung. Dia minta difoto dari luar, sedangkan dia berada di dalam warung. Kata dia keren. Itu semacam warung kopi lesehan,” kata John.
Tak hanya ”cangkrukan” di warung beberapa saat. Voigt juga meminta segelas kopi. Pembalap kelahiran 17 September 1971 itu mengaku penggila kopi. ”Akhirnya, saya pesankan kopi. Kata dia, very interesting. Saya cukup kaget lah,” ujar John, lalu tertawa.
Kemarin malam Voigt juga menyempatkan diri berkunjung ke kantor redaksi Jawa Pos di lantai 4 gedung Graha Pena Surabaya. Pribadi Voigt yang menyenangkan sangat tampak dalam kunjungan tersebut.
Pembalap Leopard Trek (sekarang TrekSegafredo) yang pensiun pada 2014 tersebut begitu antusias melihat dapur Jawa Pos. Voigt memang sempat bertanya kepada Direktur Utama PT Jawa Pos Koran Azrul Ananda mengapa ada banner yang digantung di langit-langit ruangan yang bertulisan The Coolest Newsroom.
Predikat itu didapatkan dari World Newspaper Congress Ke-64 yang dihelat WANIFRA di Ukrainian House, Kiev, 2012. Setelah dijelaskan bahwa di ruang redaksi Jawa Pos terdapat meja biliar, beberapa alat gym, studio musik, dan kamar tidur selain meja dan komputer, Voigt tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepala. Matanya berbinar. ”Ini ruang kerja yang keren!” ungkapnya.
Voigt tidak datang sendirian. Dia ditemani perwakilan Trek Bicycle Indonesia, Derek Montgomery dan Frans Suryadi. Menemani pula dalam kunjungan itu Authorized Trek Dealer Indonesia Ng Martanto.
Selain itu, pembalap yang pernah memecahkan rekor UCI World Hour Record tersebut mampir ke kantor PT DBL Indonesia. Voigt dan Trek Indonesia pada kesempatan tersebut juga memberikan kejutan kepada Azrul.
Selain memberikan kenang-kenangan jersey Trek Century Ride 2017 lengkap dengan tanda tangan Voigt, mereka membawa hadiah spesial. Yaitu, sebuah sepeda edisi terbaru dari Trek, yakni Trek Emonda SLR Disc Project One, berwarna putih untuk Azrul. Sepeda itu sangat ringan, hanya 6,1 kilogram.
Montgomery menyebutkan, sepeda tersebut didatangkan langsung dari Jakarta pada Jumat malam khusus untuk Azrul. ”Kamu orang pertama yang memiliki ini di Indonesia,” tegas Montgomery kepada Azrul yang terlihat berbinarbinar. Oleh Azrul, sepeda itu akan langsung digunakan di GFJP 2017. (nic/irr/c5/nur)