Jawa Pos

Susu hingga Baja Bebas Bea Masuk

Usulan Perjanjian Ekonomi RI-Australia

-

JAKARTA – Pembahasan kerja sama bilateral Indonesia dan Australia untuk pemberlaku­an tarif bea masuk nol persen masih terus bergulir. Ada tiga komoditas unggulan masing-masing negara yang menjadi pokok pembahasan dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehens­if Indonesia-Australia itu.

Menteri Perindustr­ian Airlangga Hartarto menyampaik­an, perjanjian kemitraan ekonomi tersebut diharapkan memacu pertumbuha­n industri kedua negara melalui perluasan pasar ekspor.

Australia meminta bebas bea masuk tiga komoditas andalannya, yakni susu ( skim milk), tembaga ( copper cathode), serta baja ( rolled coil).

Sebagai gantinya, Australia memberi tawaran bea masuk nol persen untuk tiga komoditas dari Indonesia. Yakni, tekstil, alas kaki, dan pakaian.

Menurut Airlangga, pembebasan bea masuk bagi tiga komoditas andalan ekspor Indonesia itu menjadi peluang besar bagi industri Indonesia untuk terus tumbuh dan berkembang. Khususnya di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT).

”Saat ini, Tiongkok dan Vietnam sudah dikenakan nol persen. Sedangkan ekspor produk tekstil Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa masih kena bea masuk 5–20 persen,” paparnya.

Dirjen Ketahanan dan Pengembang­an Akses Industri Internasio­nal (KPAII) Kemenperin Harjanto mengemukak­an, pemerintah tidak langsung menyetujui usulan Australia tersebut. Sebab, diperlukan perhitunga­n yang kom- pre hensif agar bisa saling menguntung­kan.

Harjanto mengusulka­n Australia bisa menggunaka­n skema user specific duty free scheme (USDFS). Artinya, preferensi tarif nol persen dapat diberikan jika ada investasi yang masuk. Dengan demikian, masih ada nilai tambah dan Indonesia bisa melakukan ekspor ke negara lain.

”Bahan baku boleh saja dari mereka ke kita, akan tetapi investasi mereka harus masuk sehingga ada transfer teknologi. Dengan begitu, walaupun kita masih impor bahan baku, tetapi memiliki kemungkina­n untuk ekspor produk turunannya,” ujarnya.

Australia adalah salah satu negara sumber investasi bagi Indonesia. Berdasar data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) periode 2010–2015, Australia merealisas­i investasi USD 2,1 miliar. Mayoritas di sektor pertambang­an, kimia dasar, dan infrastruk­tur.

Sedangkan komitmen investasi Australia mencapai USD 7,7 miliar yang berasal dari sektor industri logam, properti, dan sektor peternakan. Angka realisasi investasi pada triwulan I 2016 dari Australia tercatat USD 59,98 juta. Terdiri atas 131 proyek investasi dengan penyerapan tenaga kerja yang mencapai 5.070 orang.

Secara keseluruha­n, total investasi yang masuk triwulan pertama 2016 mencapai Rp 146,5 triliun atau meningkat 17,6 persen dari periode sebelumnya Rp 124,6 triliun. (agf/c21/noe)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia