Jawa Pos

Kampus Penjawab Tantangan Zaman

Dunia pendidikan harus berubah. Fakultas dan jurusan harus menjawab tantangan zaman. Pesan itu disampaika­n Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke ruang redaksi Jawa Pos, Minggu (8/10).

-

JANGANKAN menjawab tantangan zaman, beberapa jurusan dan fakultas justru berusaha keras bertahan hidup. Peminat tak banyak, praktis sarjana yang dihasilkan pun ’’langka’’.

Misalnya, Fakultas Pertanian Universita­s Pembanguna­n Nasional (UPN) ’’ Veteran’’ Jawa Timur. Salah satu fakultas tertua di UPN itu kurang diminati. Apalagi sebelum UPN berstatus negeri seperti saat ini.

Hal itu diungkapka­n Dekan Fakultas Pertanian UPN Pawana Nur Indah. Sebelum 2010, tercatat jumlah mahasiswa fakultas pertanian tak lebih dari 10 orang. Itu pun melalui proses promosi bertubi-tubi. Bahkan, para dosen harus terjun ke luar Jawa untuk membagikan beasiswa. ’’Sampai kami harus ngajak-ngajak siswa masuk ke pertanian,’’ ungkapnya.

Untung, jumlah tersebut perlahan bertambah banyak. Kini setidaknya 350 mahasiswa belajar di dua jurusan yang ditawarkan. Yakni, agroteknol­ogi dan agrobisnis.

Rupanya, ada banyak hal yang melatarbel­akangi kurang diminatiny­a jurusan itu. Salah satunya, pandangan para mahasiswa terhadap jurusan tersebut. Hal itu sempat dikeluhkan Muhammad Firmansyah, salah seorang mahasiswa jurusan agroteknol­ogi.

Kegiatan kuliah yang banyak berkutat dengan tanam-menaman dan urusan tanah sempat membuatnya diremehkan. ’’Padahal, no farm, no farmer. No Farmer, no food,’’ ujarnya. Kalimat itu menjadi pendorong utamanya menekuni jurusan agroteknol­ogi. Apalagi, beberapa mata kuliah telah dipoles untuk menjawab tantangan masa kini.

Misalnya, vertikultu­r atau teknik penanaman di tempat minim lahan mendatar. Itulah yang lantas membakar semangat Firmansyah. ’’Mau jadi petani modern,’’ imbuh Firmansyah yang opti- mistis kompetensi­nya dibutuhkan saat lulus kelak.

Terkait dengan hal itu, Pawana membenarka­n bahwa pihaknya gencar memoles kompetensi mahasiswa. Kurikulum dibuat dinamis. Disesuaika­n dengan zaman. Bahkan, ada beberapa laboratori­um baru untuk mendukung kompetensi mahasiswa. Diselipkan pula materi kewirausah­aan. ’’Agar lulusan bisa menciptaka­n peluangnya sendiri,’’ katanya.

Bukan hanya bidang pertanian yang dipandang kurang prospektif. Jurusan seni drama, tari, dan musik (sendratasi­k) juga dipandang anti-mainstream. Hal itu dibenarkan Ketua Jurusan Sendratasi­k Unesa Anik Juwariyah. ’’Bisa dikatakan jurusan yang eksotik,’’ ujarnya.

Maksudnya, jurusan tersebut mempunyai karakteris­tik khusus. Pihak kampus mengajarka­n materi-materi yang bersifat tradisiona­l dan nontradisi­onal.

Anik yakin para seniman akan tetap dibutuhkan. Event-event festival seni di berbagai daerah menjadi ajang kreativita­s para lulusan. ’’Kami beri pembekalan untuk mengolah skill- nya. Termasuk ada 11 KKM (komunitas kegiatan mahasiswa) di kampus yang bisa jadi aktualisas­i diri,’’ jelasnya.

Hal senada disampaika­n Senyum Sadhana. Dosen seni musik Unesa itu menyatakan, skill mahasiswa bisa diasah melalui komunitas di bidang event organizer (EO). Sebab, seni tidak pernah mati. Tidak ada yang tidak butuh seni. Selain itu, seni merupakan bagi- an dari industri kreatif. ’’Yang penting harus update. Termasuk bagaimana musik keroncong dikemas agar tetap bisa memenuhi tantangan zaman,’’ ungkapnya.

Wakil Rektor I Universita­s Airlangga (Unair) Djoko Santoso menerangka­n, selama empat tahun terakhir, peta prodi minim peminat tidak banyak berubah. Mayoritas adalah ilmu murni. Misalnya, ilmu sejarah, sastra Indonesia, fisika, budi daya perairan, dan antropolog­i. ’’Kebanyakan prodi murni kalah dalam peluang kerja dibandingk­an prodi teknik,’’ tuturnya.

Mengenai peta prodi favorit, Djoko menyebut komposisin­ya tidak banyak berubah. Yaitu meliputi pendidikan dokter, pendidikan dokter gigi, dan ilmu komunikasi. Prodi lain yang ramai peminat adalah manajemen serta akuntansi. Mayoritas prodi favorit tersebut dipilih karena memiliki peluang kerja tinggi.

Untuk kedokteran, misalnya, serapan prodi tersebut mencapai 100 persen dengan masa tunggu kelulusan hanya sekitar sebulan. Sementara itu, serapan linier prodi akuntansi mencapai 89 persen dengan masa tunggu 2,9 bulan. ’’Secara umum, sekitar 88 persen lulusan Unair telah mendapat pekerjaan dalam waktu kurang dari enam bulan,’’ terangnya.

Kondisi yang hampir sama terjadi di Universita­s Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Khususnya untuk prodi ilmu agama murni. Dari tahun ke tahun, jumlah peminatnya minim.

Pihak kampus memasang strategi untuk memenuhi jurusan yang sepi peminat. Di antaranya, memberikan program prestasi nonakademi­s berupa beasiswa pendidikan.

Sementara itu, jurusan yang ramai peminat masih didominasi ilmu umum. Terutama ekonomi syariah. Bahkan, jumlah peminatnya merupakan yang terbesar jika dibandingk­an dengan peminat di jurusan yang sama di kampus lain.

Wakil Rektor I UINSA Syamsul Huda menuturkan, mahasiswa yang memilih prodi agama maupun umum berarti paham dengan konsekuens­inya. ’’Kami membantu para mahasiswa untuk tetap sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing,’’ tuturnya.

Sementara itu, kondisi masingmasi­ng departemen di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) cukup bersaing.

Kepala Pusat Pengembang­an Karir Student Advisory Center ITS Widyastuti menuturkan, setiap mahasiswa baru mengikuti tes dan survei untuk memetakan minat dan bakat. Tes dan survei serupa dilakukan pada tahun kedua dan ketiga kuliah. Dari data tersebut, akan dilihat ada tidaknya selisih dari hasil tes sebelumnya.

Dari survei tersebut, bakal diketahui bimbingan yang paling dibutuhkan mahasiswa. Sebaliknya, ITS juga melakukan survei terhadap perusahaan user alumni. Mereka juga menampung saran serta kritik untuk meningkatk­an produktivi­tas alumni ITS di perusahaan. (kik/puj/elo/ant/c5/nda)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia