Olah Drum Bekas Menjadi Furnitur
Sejak menjadi kader Zero Waste Academy (ZWA), Siti Utami ingin bisa mendaur ulang sampah yang tidak biasa. Dia dan sang suami, Hufron, lantas memanfaatkan drum bekas menjadi furnitur yang apik. Produk mereka sudah dikirim ke Malang, Madura, Banyuwangi, da
SEBUAH kursi dengan sandaran berbentuk mahkota begitu menarik perhatian. Cat berwarna hijau muda membuat kursi itu terlihat imut. Tingginya hanya setengah meter, persis sepertiga dari panjang keseluruhan drum minyak pada umumnya. Kursi tersebut merupakan salah satu produk bikinan kader lingkungan Desa Sukorejo, Buduran, Siti Utami sebagai metode pengolahan limbah pabrik.
Pada Jumat ( 6/ 10), Jawa Pos berkesempatan berkunjung ke rumah produksi daur ulang drum bekas itu. Letaknya berada di Jalan Industri, Desa Sukorejo, sedikit menjorok ke dalam gang karena diapit kawasan pabrik. Namun, penanda jalan bertulisan TPST KSM Suko Asri atau tempat pengolahan sampah terpadu yang dikelola kelompok swadaya masyarakat Desa Sukorejo gampang dikenali.
Di bengkel produksi sekaligus gudang barang tersebut, sudah banyak hasil perabot rumah tangga yang dibuat dari tong besi bekas minyak. Yang terlihat di sana adalah satu set kursi tamu lengkap dengan mejanya. ’’Itu pesanan Pak Amig (kepala dinas lingkungan hidup dan kebersihan (DLHK), Red),’’ ungkap Siti Utami, inisiator berbagai kreasi daur ulang tong bekas.
Dia adalah anggota Kelompok Peduli Lingkungan (KPL) 1 Zero Waste Academy (ZWA) yang digagas DLHK bersama Jawa Pos. Utami menyebutkan, perabot lain bisa dibuat dengan menggunakan drum bekas. Mulai wastafel, kursi cuci rambut salon, lemari, bufet, sampai ranjang tidur. ’’Sesuai request pelanggan saja,’’ ucapnya.
Utami memulai usaha yang diberi nama Jaya Abadi Chair itu sejak dipercaya menjadi kader lingkungan di desanya. ’’Saya beruntung sekali bisa masuk ZWA. Banyak ilmu yang bisa saya pelajari dan terapkan untuk mendukung proses pengolahan sampah desa,’’ tuturnya.
Ibu tiga anak tersebut menyatakan, banyak produk daur ulang di pasaran. Dia pun ingin membuat produk daur ulang yang beda. Dia mendapat masukan dari Hufron bahwa potensi daur ulang dari drum dan ban bekas terbuka lebar di lingkungan Desa Sukorejo. ’’Kami cari-cari dari limbah pabrik di sekitar sini. Ternyata, banyak drum besi yang sudah tidak terpakai,’’ ungkap Hufron.
Kopral kepala (Kopka) TNI-AL yang kini bertugas di Kapal Republik Indonesia (KRI) Hiu Satuan Kapal Cepat (Satkat) Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) tersebut mengaku sangat bersemangat membantu sang istri menciptakan kreasi daur ulang itu. ’’Selain bisa mengolah sampah jadi berkah, ya bisa membuka lapangan pekerjaan baru,’’ katanya. Untuk membesarkan usaha tersebut, mereka tidak sendirian. Keponakan Utami, Febri Ardiansyah, turut membantunya.
’’ Bu Utami bagian desain dan ide sekaligus memasarkan. Kalau Pak Hufron mencari bahan-bahannya. Nanti saya yang terapkan secara mekaniknya bisa atau tidak,’’ ucap Febri. Berbekal ilmu teknik mesin, Febri bisa menyelesaikan keseluruhan proses dengan apik. Cat yang disemprotkan tampak halus. Penggunaan bahan tambahan seperti jeriken air untuk bak wastafel pun terwujud berkat modifikasinya. ’’Sekarang sudah dibantu empat pekerja lain,’’ ujarnya. (via/c20/ai)