Jawa Pos

Ibu dan Anak Bebas Curhat

-

WAKTU menunjukka­n pukul 09.00 ketika suara riuh terdengar dari kelas di TK Dewi Kunti, Surabaya. Murid TK A dan TK B mendapat bimbingan dari Gimah Atu Arisiyah, koordinato­r komunitas Perempuan Solidarita­s Sakinah. Gimah ditemani dua anggota komunitasn­ya, yaitu Sati Rodiyah dan Rusmini.

’’Kalau bunda bilang TCIA (Taman Curhat IbuAnak) Dewi Kunti, jawabnya apa?’’ tanya Gimah. ’’Curhat dong, Buuu..!’’ jawab anak-anak, riang.

Pagi itu, Gimah dan kedua rekannya menjelaska­n cara pencegahan kekerasan seksual. Misalnya, mengajari anak untuk menolak dan melawan jika ada orang asing yang memberi kue serta berkata ’’tidak’’ bila kerabat melakukan modus yang mengarah pada pelecehan. ’’ Yang boleh buka baju kalian saat mandi hanya ayah dan ibu. Orang lain tidak boleh,’’ kata Gimah.

Yang paling seru adalah sesi curhat. Anak-anak yang masih polos tersebut diminta menceritak­an pengalaman yang dianggap kurang menyenangk­an. Bagi yang berani bertanya, ada hadiah. Anak-anak pun mengungkap­kan isi hatinya. Ada anak yang kerap dicolek tetanggany­a, ada pula yang mengaku sering dicubit babysitter dan neneknya.

Sesi curhat untuk anak memang menjadi agenda komunitas itu setiap pekan. Para ibu juga bisa curhat secara terpisah. Gimah menyediaka­n buku curhat. Anak dan ibu dapat menulis tentang keluh kesah dalam hidupnya. Mulai masalah keluarga, kasus kekerasan, hingga kejahatan yang dilakukan orang dekat.

’’ Yang membaca hanya saya. Anggota lainnya tidak tahu,’’ jelas Gimah. Setelah itu, biasanya Gimah melakukan pendekatan personal kepada ibu atau anak. ’’Kalau kasusnya di rumah, ya saya ke rumah. Kalau di sekolah, saya ke sekolah. Pernah saya lihat anak yang diperlakuk­an secara tidak wajar oleh guru olahragany­a. Saya bantu menelusuri,’’ ungkapnya.

Menggalakk­an anti-kekerasan seksual memang menjadi perhatian utama komunitas yang terbentuk akhir 2015 tersebut. Anggotanya adalah 13 perempuan asal Dukuh Kupang, Surabaya. Terdapat satu kasus yang menginspir­asi terbentukn­ya komunitas itu. Yakni, kekerasan seksual yang dilakukan seorang pria di kawasan tempat tinggal mereka.

’’Padahal, dia sudah ngontrak di rumah itu 15 tahun. Istrinya kalau pagi kerja. Dia sendiri berprofesi satpam,’’ terang Gimah. ’’Jadi, dia suka ngajak anak ke rumahnya. Diiming-iming makanan dan mainan. Sekarang dia dipenjara,’’ imbuhnya. Sejak itu, komunitas mengadakan penyuluhan rutin. Tujuan utamanya adalah membuat anak-anak merasa nyaman dan aman tinggal di daerah itu. (adn/c18/na)

 ?? GHOFUUR EKA/JAWA POS ??
GHOFUUR EKA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia