Jawa Pos

Jangan Tunda Megaproyek Solusi Kemacetan

-

SURABAYA – Kemacetan di wilayah perkotaan kian tak terbendung. Hal itu mendorong pemkot untuk mencari jalan keluar. Salah satunya mengguyurk­an APBD 2018 untuk membiayai empat megaproyek. Seluruhnya menjadi solusi kemacetan.

Terdapat tiga pembanguna­n jalan baru yang akan direalisas­ikan tahun depan. Yakni, realisasi pembanguna­n jalan lingkar luar timur ( JLLT), jalan lingkar luar barat ( JLLB), dan kelanjutan proyek beton goronggoro­ng atau box culvert diversi Gunungsari di sisi Manukan–Kandangan

Proyek lain bukan berbentuk jalan. Melainkan gedung. Meski demikian, fungsinya menunjang transporta­si masal yang juga mengurai kemacetan. Yakni, gedung park and ride di Joyoboyo.

Untuk memantau kepastian program tersebut, Komisi C DPRD Surabaya mengundang Badan Perencanaa­n Pembanguna­n Kota (Bappeko) Surabaya kemarin (1/11). Komisi yang membidangi masalah pembanguna­n itu meminta realisasi proyek-proyek besar tersebut tidak ditunda-tunda. Sebab, semakin lama, biaya megaproyek itu bakal membengkak. ”Beda setahun saja sudah berapa miliar naiknya,” jelas anggota komisi C Muchamad Machmud.

Proyek diversi Gunungsari misalnya. Proyek tersebut sebenarnya dimulai sejak 2010. Namun, pengerjaan­nya kini mandek karena pemerintah pusat tidak lagi mempriorit­askan anggaran untuk proyek tersebut.

Pemkot akhirnya melanjutka­n proyek tersebut dengan anggaran APBD. Meski, anggaran yang bakal digelontor­kan mencapai Rp 126 miliar, Machmud tetap mendukung proyek itu.

Percepatan perlu dilakukan karena mandeknya proyek mengakibat­kan korban berjatuhan. Saluran di sepanjang Banyu Urip sudah dibuat lebar. Namun, begitu masuk ke Manukan, terjadi penyempita­n jalan. Machmud menyebutka­n, penyempita­n jalan tersebut sering memakan korban jiwa karena kecelakaan. Sebagian besar melibatkan truk dan sepeda motor. Salah satunya peristiwa pada 11 Oktober lalu. Ibu dan seorang anak tewas setelah tersenggol truk. Setelah terjatuh, keduanya terlindas truk.

Selain itu, ada proyek JLLB dan JLLT. Saat ini ada ratusan warga yang hidup tidak tenang lantaran rumahnya masuk peta rencana pembanguna­n. Semakin cepat realisasi pengadaan tanah, mereka bakal lebih cepat mencari pengganti.

Dalam rapat dengar pendapat tersebut, sejumlah anggota dewan juga mempermasa­lahkan mengenai tingginya biaya pembanguna­n gedung park and ride di Joyoboyo. Proyek penunjang trem tersebut menelan biaya Rp 217 miliar. Manfaat gedung itu tidak bisa dirasakan secara langsung karena proyek trem juga belum jelas realisasin­ya.

Kepala Badan Perencanaa­n Pembanguna­n Kota (Bappeko) Surabaya Agus Iman Sonhaji menerangka­n, semua proyek ter- sebut sama-sama penting. JLLT dan JLLB untuk memecah kemacetan tengah kota. Jalan yang dibangun di atas saluran diversi Gunungsari jadi penghubung timur-barat Surabaya.

Agus menerangka­n, empat proyek tersebut membutuhka­n waktu yang sangat lama. Bahkan, lebih dari dua tahun. Karena itu, kontrak tahun jamak selama 24 bulan tidak akan menuntaska­n seluruh proyek hingga 100 persen.

Proyek JLLB misalnya. Dalam dua tahun, pemkot hanya menargetka­n untuk merampungk­an pembanguna­n di sisi utara. Nanti jalan tersebut tersambung dengan Pelabuhan Teluk Lamong hingga ke Sememi.

Di sisi selatan, akses ke tol Surabaya–Mojokerto (Sumo) digarap setelah 2019. Pengadaan lahan sangat memakan waktu. Karena itu, harus dilakukan bertahap. ”Prioritas utara. Nanti ada akses ke Gelora Bung Tomo (GBT),” jelas mantan kepala dinas cipta karya dan tata ruang (DCKTR) tersebut.

Selain itu, anggaran yang dimiliki pemkot terbatas. Apalagi sejumlah proyek yang seharusnya memakai anggaran pemerintah pusat kini harus ditanggung APBD Surabaya. Di antaranya, proyek diversi Gunungsari dan trem. (sal/c6/git)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia