PELAKU DIPERLAKUKAN SEPERTI KOMBATAN
Serangan Terburuk di New York sejak Teror 11 September 2001
NEW YORK – Selasa sore lalu (31/10) itu seharusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi lima sekawan asal Argentina itu. Mereka datang ke Manhattan, New York, Amerika Serikat (AS), untuk bersenang-senang. Bereuni merayakan 30 tahun kelulusan dari Polytechnic College of Rosario
Namun, nasib berkata lain. Kegembiraan mereka berubah menjadi kenahasan. Hernán Diego Mendoza, Diego Enrique Angelini, Alejandro Damián Pagnucco, Ariel Erlij, dan Hernán Ferruchi tewas diterjang truk yang dikendarai Sayfullo Habibullaevic Saipov.
Rombongan dari Argentina tersebut total beranggota 11 orang. Seorang lainnya, Martin Ludovico Marro, terluka. Sisanya selamat.
Mereka menjadi bagian dari 8 korban tewas dan 11 luka dalam teror di sepanjang jalur sepeda dan pejalan kaki di tepi Sungai Hudson yang bertepatan dengan perayaan Helloween itu
Seorang korban tewas lain berasal dari Belgia. Sedangkan dua lainnya belum teridentifikasi. ”Ini adalah serangan teror, sebuah aksi teror pengecut yang ditujukan untuk penduduk sipil yang tidak berdosa,” ujar Wali Kota New York Bill de Blasio.
Terduga pelaku diketahui sebagai imigran asal Uzbekistan yang masuk AS pada 2010. Sejak enam bulan lalu, Saipov bekerja sebagai sopir Uber.
Pria 29 tahun tersebut tercatat pernah tinggal di Tampa, Florida, dan Paterson, New Jersey. Dua rumahnya sudah digeledah polisi.
Truk yang digunakan untuk beraksi bukan miliknya sendiri. Melainkan disewa dari Home Depot di New Jersey hanya beberapa jam sebelum beraksi. Di dalam truk itu, penyidik menemukan catatan yang menyatakan bahwa aksi tersebut dilakukan atas nama ISIS.
Kemarin (1/11) Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev langsung menghubungi Presiden AS Donald Trump. Dia menyatakan siap membantu penyelidikan jika memang dibutuhkan.
Mirziyoyev juga mengecam aksi brutal Saipov. ”Kami siap menggunakan segala upaya dan kekuatan untuk bekerja sama menyelidiki aksi terorisme ini,” tegas Mirziyoyev.
Serangan Saipov itu memang seakan menampar wajah Trump tersebut. Sebab, selama ini dialah yang kerap mengkritik seranganserangan serupa di Eropa.
Aksi penabrakan yang dilakukan Saipov merupakan serangan paling mematikan di New York sejak insiden 11 September 2001 yang menewaskan 2.996 orang. Lokasi serangan juga hanya berjarak beberapa kilometer dari gedung One World Trade Center (WTC), bangunan pengganti bekas WTC lama yang hancur akibat serangan 11 September 2001.
Mengutip New York Times, sejak 2009, terjadi 169 serangan dengan menggunakan kendaraan. Yang paling mematikan terjadi di Nice, Prancis, 14 Juli 2016, saat pelaku menabrakkan truk ke kerumunan warga yang merayakan Hari Bastille. Sebanyak 86 orang tewas akibat teror tersebut.
Fokus penyidik kemarin memang ditujukan pada pelaku yang masih berada di rumah sakit. Senator AS Lindsey Graham meminta penyidik memperlakukan Saipov seperti seorang kombatan. Dengan begitu, dia bisa ditanyai tanpa perlu didampingi pengacara. Seperti para pelaku teror lain yang sekarang menghuni kamp tahanan Guantanamo.
Dampak lain serangan tersebut, AS bakal semakin ketat mengecek orang-orang yang masuk ke wilayah mereka. Sebab, beberapa jam setelah kejadian, Trump meminta Kementerian Keamanan Dalam Negeri untuk meningkatkan Extreme Vetting Program. Yaitu, pengecekan ketat untuk arus masuk ke AS, terutama yang ditengarai simpatisan kelompok militan.
Sementara itu, anggota komunitas Uzbekistan di AS, Mirrakhmat Muminov, mengungkapkan, Saipov adalah orang pendiam, gampang gugup, dan agresif. Karena itulah, dia jarang memiliki teman dan bagaikan hidup di dunianya sendiri.
Terlebih, kemampuan bahasa Inggrisnya juga terbatas. ”Dia mulai belajar agama saat di AS.”
Di Uzbekistan, belajar Islam dipantau dengan ketat. Putra ketiga Saipov baru lahir beberapa bulan lalu. Muminov menegaskan, komunitas Uzbekistan di AS siap ditanyai jika memang diperlukan.
Salah seorang saksi, Eugene, mengungkapkan, dirinya melihat sebuah truk yang melaju dengan kecepatan penuh di West Side Highway dan menabrak beberapa orang. ”Saya mendekati beberapa orang yang ditabrak dan mereka telah meninggal,” ungkapnya.
Beberapa saat kemudian, dia mendengar suara tabrakan dan sekitar 9–10 tembakan, kemudian orang-orang mulai berlarian. Bagi Eugene, apa yang dilihatnya bagaikan tidak nyata dan benarbenar mengerikan.
Saksi lain, Ruben Cabrera, malah mengira kejadian tersebut hanyalah lelucon saluran televisi alias prank. Sebab, saat dia mendengar suara tembakan, ada dua anak kecil yang lari dari arah berlawanan sambil tertawa.
Cabrera juga berpikir tidak mungkin ada penembakan di area itu. Tapi, begitu dia melihat polisi berdatangan, pendapatnya berubah. ”Di jalur sepeda, saya melihat dua jenazah yang ditutupi kain putih dan saya melihat sepeda di sebelahnya. Sepeda itu seperti bekas terlindas kendaraan,” katanya.
Tawhid Kabir yang juga berada di lokasi kejadian mengira itu hanya kecelakaan biasa sampai dia melihat Saipov berlarian di tengah jalan dengan mengacungkan dua senjata. Bunyi tembakan terdengar dan pelaku jatuh ke tanah. Kabir dan beberapa saksi lain hanya bisa melihat dengan ketakutan tanpa bisa berbuat apa-apa.
Meski situasi masih mencekam, penduduk New York memilih beraktivitas secara normal. Bahkan, parade Halloween tetap digelar beberapa jam setelah serangan. Namun, tentu saja parade tersebut dikawal ketat oleh petugas keamanan.
”Saya tidak akan membiarkan kejadian ini membuat saya takut,” tegas Cathryn Strobl, salah satu peserta. Perempuan yang menggunakan kostum Buffy the Vampire Slayer itu menegaskan bahwa hidup harus terus berjalan.
De Blasio maupun Gubernur New York Andrew Cuomo memang memastikan bahwa penduduk bakal aman. Penjagaan akan dilakukan di berbagai titik. Hal itulah yang mungkin membuat peserta parade tetap tenang.
”Lapor polisi saja jika memang ada yang mencurigakan,” tegas De Blasio. Polisi juga akan mengamankan New York Marathon yang berlangsung Minggu nanti (5/11). Saat itu diperkirakan ada 51 ribu pelari dari berbagai negara yang hadir. (Reuters/AP/ CNN/BBC/sha/c5/ttg)