Perbaiki Indikator yang Masih Merah
Pembenahan Negara Lain Tak Kalah Cepat
JAKARTA – Indonesia memang telah meraih perbaikan peringkat yang cukup impresif. Namun, tetap saja Indonesia masih kalah dari negara-negara terdekat di Asia Tenggara yang kemajuan ekonominya sejajar.
Sri Mulyani menyebutkan, untuk mencapai target peringkat ke-40, beberapa indikator yang nilainya masih merah harus segera diperbaiki. Yang nilainya masih di atas 100, antara lain, indikator memulai usaha (starting a business) yang masih berada di peringkat ke-144. Kemudian, sistem pem bayaran pajak ( paying taxes) berada di peringkat ke114, perdagangan lintas batas ( trading across borders) dengan peringkat ke-112, dan indikator izin mendirikan bangunan ( dealing with construction permits) di peringkat ke-108.
Terkait dengan kementeriannya, Sri Mulyani akan fokus melakukan perbaikan untuk indikator sistem pembayaran pajak dan perdagangan lintas batas. ’’Bagaimana kita mempermudah mereka membayar pajak, mempermudah pengembalian kalau mereka bayar lebih. Kita sudah pakai e-filing dan e-payment, tapi kita akan tetap evaluasi kinerja itu,’’ jelasnya di Jakarta kemarin. Laporan Ease of Doing Business (EODB) 2018 Bank Dunia menempatkan Indonesia di peringkat ke72 dari semula ranking ke- 91.
Sri Mulyani menuturkan, sebenarnya selama ini pemerintah telah melakukan reformasi perpajakan. Antara lain, dengan adanya sistem pembayaran pajak yang sudah dilakukan secara online. Namun, upaya perbaikan sistem perpajakan negara lain ternyata lebih cepat jika dibandingkan dengan Indonesia. ’’Walaupun Indonesia membaik dari sisi menggunakan online, negara lain membaik lebih cepat. Jadi, kita harus lebih ambisius lagi untuk perbaikan itu,’’ katanya.
Menperin Airlangga Hartarto mengungkapkan, kenaikan peringkat EODB Indonesia tersebut memberikan dampak positif bagi iklim investasi di Indonesia. Dia meyakini kenaikan peringkat tersebut akan mendorong para investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu, peringkat manufaktur Indonesia, terutama untuk nilai tambah, berada di peringkat ke-9 di dunia. Capaian tersebut sejajar dengan Brasil dan Inggris, bahkan lebih tinggi daripada Rusia, Australia, dan negara ASEAN lainnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla optimistis prospek ekonomi Indonesia akan semakin bagus hingga akhir tahun dan pada 2018. Pemicunya, faktor ekonomi global yang cenderung membaik ditandai dengan kembalinya harga komoditas seperti batu bara dan minyak sawit seperti 3–4 tahun lalu. Dia juga melihat penilaian Bank Dunia terhadap kemudahan berinvestasi di Indonesia yang semakin bagus.
”Karena sebelumnya (EODB) tiga digit, sekarang turun dua digit. Ada perbaikan-perbaikan,” ujar Jusuf Kalla di diskusi Persatuan Wartawan Indonesia bertema Prospek Ekonomi Indonesia 2018 di Hotel Arya Duta kemarin (2/11).
Dia mengungkapkan, selama ini pasar juga selalu khawatir dengan tahun politik yang bisa berdampak pada ekonomi. Namun, dia memastikan politik di Indonesia masih kondusif.
Sementara itu, Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Alexander Sugandi menuturkan bahwa Indonesia memang harus berkompetisi dengan negara-negara lain, khususnya di kawasan Asia. Dia menjelaskan, ada beberapa hal yg mesti terus dibenahi pemerintah agar iklim investasi membaik. ’’Misalnya, masalah kepastian hukum serta koordinasi yang lebih baik antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,’’ ucapnya. (ken/jun/c20/sof)