Ekspektasi Inflasi Turun
LPS Rate Dipangkas 25 Basis Poin
JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menurunkan suku bunga penjaminan sebesar 25 basis poin (bps). Simpanan rupiah yang dijamin LPS di bank umum maksimal berbunga 5,75 persen dari sebelumnya 6 persen.
Bunga penjaminan simpanan rupiah di bank perkreditan rakyat (BPR) juga turun 25 bps, yakni dari 8,5 persen menjadi 8,25 persen. Adapun untuk simpanan dalam bentuk valuta asing (valas) di bank umum, bunga penjaminannya tetap 0,75 persen.
Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah mengatakan, penurunan bunga penjaminan simpanan rupiah dilakukan dengan mempertimbangkan stabilnya perekonomian dan ekspektasi-ekspektasi ekonomi yang lebih baik pada tahun depan. Di antaranya, pertumbuhan ekonomi yang tahun ini diperkirakan 5,1 persen akan naik menjadi 5,3 persen pada 2018.
Kemudian, inflasi yang tahun ini bakal sebesar 3,9 persen turun menjadi 3,5 persen tahun depan. ”Inflasi yang menurun memberikan ruang yang cukup bagi otoritas keuangan untuk stimulus lebih lanjut. Sementara pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh konsumsi dan ekspor,” jelasnya kemarin (2/11).
Dia menilai, saat ini kondisi likuiditas perbankan masih baik. Itu terlihat dari loan to deposit ratio (LDR) yang turun, yakni dari 89,74 persen pada Agustus menjadi 89,06 persen pada September. Sementara itu, DPK naik dari 9,74 persen menjadi 11,7 persen. Suku bunga simpanan juga turun 41 bps dalam sebulan terakhir.
Secara berurutan, special rate deposito bank umum kelompok usaha (BUKU) 4 turun 37 bps, BUKU 1 25 bps, BUKU 3 23 bps, dan BUKU 2 10 bps. Halim menyatakan, likuiditas perbankan dalam tiga bulan ke depan masih aman. Hingga akhir tahun, risiko likuiditas akan menurun karena pelonggaran kebijakan moneter yang telah dilakukan Bank Indonesia (BI) serta penyaluran anggaran dari pemerintah yang belum banyak dicairkan.
Kendati demikian, Halim mengakui, di sisi lain, pertumbuhan kredit masih kurang pesat. ”Likuiditas bank yang LDR-nya turun ini sebenarnya artinya ada dua, yaitu ekspansi kredit yang melambat atau DPK (dana pihak ketiga)-nya naik,” tuturnya.
Pertumbuhan kredit pada September 2017 sebesar 7,96 persen, menurun 8,36 persen bila dibandingkan pada Agustus. Menurut Halim, salah satu faktor kredit belum begitu membaik adalah sektor ritel yang melambat.
Dirut PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Achmad Baiquni menuturkan, sejak BI menurunkan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) pada September lalu, penurunan suku bunga simpanan BNI sudah turun 25 bps. Turunnya LPS rate pun membuka ruang kelanjutan penurunan bunga simpanan BNI. Namun, hal tersebut juga bergantung pada kondisi likuiditas BNI. ( rin/c10/fal)