Sentuhan Modern, Pertahankan Cagar Budaya
Kawasan Gelora Bung Karno (GBK) di Senayan, Jakarta, menjadi fasilitas terpadu yang sangat penting bagi perhelatan Asian Games (AG) 2018. Dalam tiga edisi mendatang, dikupas secara umum perkembangan renovasi berbagai fasilitas di kawasan tersebut. Dalam e
SUGBK kali terakhir mendapatkan sentuhan renovasi saat Indonesia menyongsong sebagai tuan rumah bersama sepak bola Piala Asia 2007 silam. Saat itu, Indonesia menjadi tuan rumah bersama negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Tetapi, kali ini berbeda. Indonesia akan menjadi host multievent terbesar di Asia, Asian Games 2018.
Kompleks olahraga GBK juga tengah bersolek. Khusus SUGBK, pengerjaan sudah mencapai 99 persen. Beberapa detail renovasi juga masih dikebut. Berdasar pandangan Jawa Pos kemarin (2/11), pekerja masih hilir mudik menyelesaikan sejumlah bagian. Semua memasuki tahap akhir.
Di bagian dalam SUGBK, cincin temu gelang baru sebagai lambang Olimpiade tengah dipasang pada bagian atap. Di sisi luar, penyelesaian sejumlah pintu masuk juga terlihat jelas. Yang masih terlihat belum memasuki tahap akhir justru bagian luar. Penataan akses masuk dan beberapa pendukung lainnya sedang dilakukan.
Untuk pengamanan dan pintu masuk, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) yang diberi mandat Presiden Joko Widodo menjalankan proses renovasi meletakkan standar tinggi. Pintu masuk akan menggunakan tap card.
Secara umum, hampir tidak ada perubahan signifikan terhadap rancangan awal yang ditetapkan sebelumnya. Aspek modern dipadupadankan dengan aspek lawas untuk menjaga cagar budaya SUGBK seperti saat di- buka kali pertama pada 1962 silam. Persis untuk menggelar Asian Games yang dilakukan di tempat yang sama 55 tahun lalu.
’’Kami juga memenuhi untuk pembangunan trek atletik kelas I IAAF (Federasi Atletik Dunia, Red),” kata Kusworo Darpito, PPK (pejabat pembuat komitmen) SUGBK, kepada Jawa Pos kemarin.
Penataan kawasan pun menjadi prioritas renovasi. Sebelumnya, sebagian besar ring 1 SUGBK digunakan untuk kantor pengurus besar cabang olahraga (PB cabor). Setelah renovasi, SUGBK bakal terlihat lebih rapi. Beberapa sektor yang sebelumnya menjadi perkantoran akan dimanfaatkan untuk fasilitas umum seperti toilet.
Aspek modern lainnya adalah dipasangnya CCTV dengan kemampuan face recognition (pengenal wajah). Sumber listrik juga mengandalkan panel tenaga surya yang ditempatkan di atap stadion dengan kapasitas 420 kWp. Keberadaannya akan menopang setidaknya 23 persen kebutuhan dari SUGBK.
Yang cukup krusial dan memakan waktu adalah kursi tribun single seat yang menggantikan kursi flat berbahan kayu jati peninggalan masa lalu era 1962. ’’Kami berusaha konsisten menjaga ciri khas SUGBK. Sebab, ini masuk cagar budaya,” terang Kusworo.
Total anggaran Rp 796 miliar untuk renovasi SUGBK merupakan alokasi anggaran dari Kemen PUPR. Sejauh ini, mereka berkomitmen penuh terhadap renovasi yang berlangsung di kompleks olahraga terbesar di Jakarta tersebut. (nap/c17/ady)