Jawa Pos

Semua Pendapatan Parkir Diatur ”Bos”

Dishub Turun, Jukir Taman Bungkul Tertib

-

SURABAYA – Praktik pungutan parkir di kawasan Taman Bungkul sudah lama berlangsun­g. Saking lamanya, para juru parkir (jukir) merasa tidak ada yang salah dengan pungutan di sana. Apalagi, hasil parkir tidak mereka nikmati sendiri. Ada sebagian besar yang disetorkan kepada jukir utama alias inti.

Jumlah jukir di kawasan Taman Bungkul secara keseluruha­n mencapai 63 orang. Jumlah itu terdiri atas sepuluh jukir utama dan sisanya pembantu. Mereka yang praktik di lapangan adalah jukir pembantu. Mereka juga memungut duit dari pemilik kendaraan.

Salah seorang jukir berinisial AM menyatakan, pendapatan yang diterima setiap hari disetor kepada jukir utama yang biasa disebut bos. Nah, jukir lapangan memperoleh bagian upah dari jukir utama. Jumlahnya mencapai Rp 30–50 ribu per hari. Terkadang bisa lebih. ”Sisanya bukan urusan saya,” katanya.

Dia menuturkan, tidak ada patokan harus setor berapa dalam sehari. Semua perolehan selama jaga parkir diserahkan kepada sang bos. Tidak berpatokan pada karcis. Meski karcis resmi dari dishub masih utuh, dia tetap menyetor perolehan hari itu.

Padahal, karcis utuh artinya tidak ada pemasukan ke dishub. AM juga tidak tahu jika memberikan karcis kepada pemilik kendaraan adalah wajib. Dia hanya mengikuti kebiasaan rekan-rekannya. Jika pemilik kendaraan meminta karcis, dia baru memberikan­nya.

Dalam sekali jaga, dia bisa mengumpulk­an uang hingga Rp 200 ribu untuk wilayahnya. Jumlah itu bisa lebih saat sedang ada kegiatan di Taman Bungkul. ”Semua saya setorkan,” ucap jukir tersebut. Selanjutny­a, jukir utama menyetor ke dishub sesuai jumlah karcis yang habis.

Kemarin petugas dishub turun ke lapangan untuk melakukan pengawasan. Ada tiga orang yang bertugas berkelilin­g di sekitar Taman Bungkul. Yakni, Darman, Senawi, dan Gunardi. Ketiganya berasal dari UPT parkir tepi jalan umum. Mereka sempat mengum- pulkan dan menegur para jukir. ”Pengguna jasa parkir harus diberi karcis,” kata Sanawi.

Dia menjelaska­n fungsi karcis tersebut. Sebenarnya penjelasan itu sering disampaika­n kepada jukir. Namun, memang ada oknum jukir yang ingin mengambil keuntungan pribadi. Caranya memungut dana parkir, tapi tidak memberi karcis.

Setelah memberi penjelasan, para petugas dishub berkelilin­g ke kawasan parkir di Taman Bungkul. Mulai sisi selatan, depan Hotel Grand Darmo Suite, hingga di sebelah gedung Wonokoyo. Sesekali, Sanawi menegur penataan kendaraan yang terlalu menjorok ke badan jalan. Dia meminta kendaraan harus parkir lebih ke dalam sehingga tidak memakan badan jalan.

Selama petugas berkelilin­g, jukir tampak tertib. Pengguna layanan parkir langsung mendapat karcis. Tidak seperti sebelumnya, karcis diserahkan hanya saat diminta. Kemudian, bundelan karcis yang semula tersimpan di kantong para jukir juga tidak tampak. Lembaran itu berkurang karena jukir mulai rajin merobek dan menyerahka­nnya kepada pemilik kendaraan. (tim jp/c16)

 ?? THORIQ S. KARIM/JAWA POS ?? HARUS IKUTI ATURAN YA: Senawi (kanan) mengumpulk­an jukir pembantu di Taman Bungkul kemarin
THORIQ S. KARIM/JAWA POS HARUS IKUTI ATURAN YA: Senawi (kanan) mengumpulk­an jukir pembantu di Taman Bungkul kemarin

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia