Siapkan Dua Skenario
ADA dua skenario yang disiapkan pemkot untuk menata parkir di Taman Bungkul. Tahun lalu dishub bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melakukan kajian tentang kawasan tersebut.
Kajian itu dilaksanakan karena pemkot berniat membangun gedung parkir di Taman Bungkul. Rencananya, kendaraan roda dua maupun empat harus parkir di gedung tersebut. Bahu jalan di sekitar Taman Bungkul akan steril dari motor. ’’Konsep itu sangat bagus, Bungkul akan terlihat rapi,’’ kata Kepala UPT Parkir Tepi Jalan Umum Tranggono Wahyu Wibowo.
Diakui atau tidak, parkir motor yang merapat di bahu jalan mengganggu pemandangan. Lebar jalan menjadi sempit sehingga mobil yang hendak melintas harus berjalan pelan. Selain itu, penataan sering asal-asalan sehingga Taman Bungkul menjadi semrawut.
Gagasan menjadikan Bungkul steril dari parkir dianggap paling tepat. Tapi, rencana itu batal. Hasil kajian bersama ITS menyatakan, biaya pembangunan gedung tidak sebanding dengan perolehan retribusi parkir. Biaya pembangunan diperkirakan mencapai Rp 104 miliar. Tingginya biaya tersebut disebabkan nilai jual objek pajak di sekitar Bungkul yang tinggi. Rata-rata per meter mencapai Rp 49 juta. ’’Padahal, kebutuhan lahan untuk membangun gedung parkir sekitar 800 meter persegi,’’ kata Tranggono. Untuk mengem ba likan modal, pemkot membutuhkan waktu 41 tahun.
Skenario selanjutnya, memasang alat parkir meter. Menurut Tranggono, durasi parkir di kawasan tersebut cukup lama. Okupansinya juga tinggi. Misalnya, saat pagi, banyak pegawai maupun pengunjung gedung Wonokoyo yang parkir di kawasan tersebut. Jumlahnya mencapai ratusan kendaraan. ’’Pola pengguna parkir hampir sama dengan Jalan Jimerto dan Sedap Malam,’’ ungkapnya. Rencananya, mesin parkir meter dipasang tahun depan. (riq/c7/oni)