Terkenang Kepras Pohon Timpa Rumah Warga
Sopir ambulans, pemadam kebakaran, dan tim kepras pohon dituntut kerja cepat. Nasib dan nyawa seseorang bergantung pada kecekatan mereka dalam bekerja.
MOBIL skylift bergerak pelan. Tiang crane mulai memanjang naik. Abdul Rohman berdiri di atas crane tersebut. Dia menenteng mesin gergaji kayu. Sementara itu, Darmawan tengah bertugas mengatur gerak tiang peraih pohon perdu tinggi. Mereka berdua sedang melakukan perantingan pohon di Jalan Raya Candi pada Kamis (26/10).
Selain sopir mobil skylift dinas lingkungan hidup dan kebersihan ( DLHK), me reka menjadi tumpuan bagi koordinator lapangan tim kepras DLHK Sidoarjo Amirul dalam mengambil keputusan.
” Nyetir cepat bisa. Menentukan titik pengeprasan jago. Staminanya juga luar biasa,” ungkap Amirul tentang dua anggota timnya itu.
Darmawan mengatakan sudah 12 tahun menjadi sopir utama mobil skylift. Bagi laki-laki 41 tahun tersebut, menjadi sopir mobil skylift bukan hanya menyoal ketepatan waktu sampai di lokasi tugas. Keamanan selama bertugas, bahkan saat kondisi darurat di jalan, harus menjadi perhatian.
”Ketika diberi amanah ini, sempat beberapa hari tidak libur. Muter
muter Sidoarjo, cari jalan-jalan ’tikus’ yang cukup buat dilewati mobil
skylift,” katanya. ”Siapa tahu pas keadaan genting dibutuhkan,” lanjut ayah tiga anak tersebut.
Mereka juga harus tepat dalam menempatkan tiang crane ketika bertugas. Terutama di area yang dekat dengan teras rumah, jalan raya, atau tegangan listrik. ”Salah-salah, rumahnya roboh,” kata Rohman.
Dia dan Darmawan tiba-tiba menunduk. Rupanya, kenangan kesalahan itu terus menyelimuti keduanya. Mereka pernah memotong pohon besar yang akhirnya tumbang ke tembok tumah warga.
”Waktu itu sudah memperhitungkan setepat-tepatnya. Tapi memang posisinya sulit. Pohon malah roboh ke rumah warga,” ungkap Darmawan.
Menebang pohon rupanya tidak gampang. Perhitungan harus jeli. Doa agar selamat tak pernah terlewatkan. ”Terutama kalau mau nebang yang pohon utuh. Ritualnya ya duduk semua sebentar, doa dulu,” kata Darmawan. ”Jika tidak, nanti diikuti ’penunggunya’ sampai rumah,” kelakarnya. (via/c25/ai)