Piawai Terobos Jalan Macet
MATANYA terus menatap handy talky dan telepon di sudut ruangan Pos Pemadam Kebakaran (Damkar) Buduran, Jalan Raya Lingkar Timur. Saat itu, Roy Midhat Adhiyat tengah bertugas sebagai sopir mobil pemadam kebakaran (damkar). Sudah 22 tahun dia bertugas di sana. ”Mulanya saya juga petugas pemadam. Namun, tenaga sopir dibutuhkan. Akhirnya, saya pindah,” katanya.
Dibutuhkan kecakapan khusus untuk mengemudikan mobil damkar yang panjang dan lebar. Apalagi ketika melintas di jalanan yang padat. Harus hati-hati dan pandai melihat pantat mobil. ”Menyalip harus hati-hati. Meski sudah menghidupkan sirene, mobil-mobil masih tidak mau minggir,” ujarnya. ”Belum pernah nabrak atau nyerempet mobil orang. Paling cuma spion yang kena tiang,” lanjutnya.
Saat ini Midhat merupakan salah seorang juru kemudi senior di antara petugas lainnya. Jejaknya sebagai sopir mobil damkar nyaris tanpa kekurangan. Midhat pun membongkar rahasianya. ”Dulu, pas baru masuk jadi petugas damkar, saya nyambi jadi sopir angkot,” ucapnya.
Sebagai sopir dan petugas damkar, tantangannya bukan ketika harus ngebut di jalan beraspal. Tantangan justru ketika kali pertama menerima informasi. Harus dipastikan informasi tersebut akurat atau palsu. Midhat terlampau kenyang dengan informasi bohong. ”Ditelepon ada kebakaran, eh cuma sampah yang dibakar sembarangan di ladang,” tuturnya sambil geleng-geleng.
Pernah juga ada telepon yang menginformasikan adanya kebakaran. Ketika petugas mendatangi lokasi yang dimaksud, tidak ada kebakaran sama sekali. ”Kami sering dikibuli, padahal kami bertaruh nyawa di jalan. Kami juga sering ditelepon orang yang iseng,” jelasnya.
Meski begitu, dia tidak mengabaikan informasi yang masuk. (jos/c6/ai)